Selamat Datang di Blog saya, semoga berkenan meninggalkan komentar untuk perbaikan !

Selasa, 24 Desember 2013

Review Jurnal Internasional



Review
Jurnal Psikologi Perkembangan
Relationship between the number of
life events and memory capacity in
children
Kristiaan B. van der Heijden a , Jill Suurland a , Hanna Swaab a &
Leo M. J. de Sonneville a
a Department of Clinical Child and Adolescent Studies, Leiden
Institute for Brain and Cognition, Leiden University, Leiden, The
Netherlands
Published online: 30 Mar 2011.
1.      Judul jurnal  
Relationship between the number of life events and memory capacity  in children (Hubungan antara jumlah peristiwa kehidupan dan kapasitas memori pada anak- anak).
2.      Abstrak         
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa peristiwa kehidupan ternyata tidak hanya mengakibatkan kinerja memori pada usia lanjut atau orang tua saja, tetapi terjadi juga pada anak- anak. Hipotesis juga menunjukkan bahwa stres mempengaruhi hippocampus, yaitu area otak yang penting untuk fungsi memori. Kata kunci; peristiwa kehidupan, memori, anak- anak dan stres.
3.      Permasalahan
a.       Peristiwa kehidupan apa saja yang menyebabkan stres pada anak- anak?
b.      Bagaimana keadaan kapasitas memori pada anak- anak yang mengalami sres?
c.       Faktor- faktor apa saja yang menyebabkan stres pada anak?
4.      Isi       
Banyak bukti menunjukkan bahwa peristiwa kehidupan yang mengakibatkan stres, seperti perceraian orang tua atau perubahan adaptasi di sekolah atau tempat tinggal, yang dapat mengakibatkan efek negatif pada fungsi memori, gangguan tidak terbatas pada informasi terkait dengan aktivitas kehidupan, dapat memicu keadaan yang kronis pada hyperarousal. Sebuah hipotesis menunjukkan bahwa peningkatan kadar hormon stres terjadi karena suatu peristiwa traumatis yang mempengaruhi fungsi hippocampus. Dalam respon terhadap stres, glukokortikoid (corticosterone pada hewan dan kortisol pada manusia) yang disekresikan dari kelenjar adrenal melalui aktivasi hypothalamuspituitary- adrenal (HPA) axis. Hippocampus memainkan peran penting dalam pembentukan memori deklaratif yaitu, memori untuk fakta atau peristiwa tertentu. Bagaimanapun, peran dalam prosedural memori-yaitu, memori untuk keterampilan yang terkait dengan daerah otak lainnya seperti striatum dan cerebellum.
Salah satu daerah otak lainnya yang terlibat dalam fungsi memori setelah stres adalah korteks prefrontal (PFC). Bentuk PFC, bersama-sama dengan daerah hippocampal, bagian penting dari jaringan memori deklaratif. PFC mengatur informasi, mengarahkan strategi organisasi yang efektif selama encoding dan sangat terlibat dalam pengambilan memori. Penelitian telah menunjukkan bahwa PFC tampaknya sangat sensitif terhadap perubahan diinduksi karena stres kronis dibandingkan dengan daerah otak lainnya.
Penelitian ini untuk menyelidiki hubungan potensial antara
peristiwa kehidupan yang mengakibatkan stres deklaratif, dengan sampel komunitas anak-anak. Meskipun gangguan memori deklaratif telah dibuktikan dalam kelompok klinis anak-anak dengan PTSD, tidak diketahui apakah anak-anak yang mengalami stres negatif karena peristiwa kehidupan. Dengan demikian penelitian ini dapat memberikan wawasan baru yang penting dalam relasi antara jumlah peristiwa kehidupan yang penuh stres negatif dan fungsi memori deklaratif dalam populasi anak-anak. Berdasarkan studi mengenai efek kumulatif stres peristiwa kehidupan dan risiko yang menyebabkan gejala klinis, kami berharap untuk menemukan hubungan negatif antara jumlah peristiwa kehidupan stres dan kinerja memori deklaratif. Kami berhipotesis bahwa asosiasi peristiwa kehidupan dan gangguan memori terbatas pada domain memori deklaratif, dan bahwa fungsi memori prosedural. Tingkat gairah tinggi dan penurunan PFC terkait dengan stres dapat mempengaruhi baik Perhatian yang dibutuhkan untuk memilih informasi yang relevan serta untuk pengkodean informasi.
Selanjutnya, peristiwa kehidupan masa kanak-kanak sangat terkait dengan gangguan tidur. Ada banyak bukti bahwa proses tidur penting untuk fungsi memori pada anak-anak. Gangguan tidur pada anak-anak mempengaruhi memori dan prestasi akademik, meskipun tidak semua Studi yang dalam keselarasan. Arus belajar kontrol untuk kemungkinan mediasi masalah tidur dalam hubungan antara kehidupan acara dan fungsi memori.
Selain itu, interaksi orangtua-anak yang positif dapat berfungsi sebagai buffer atau faktor protektif untuk dampak negatif dari peristiwa kehidupan pada sistem stres anak. Mengasuh secara positif memungkinkan anak-anak untuk memperoleh bantuan dengan mengekspresikan emosi negatif mereka, mekanisme melalui mana orang tua dapat mencegah peningkatan dalam respon stres diaktifkan selama peristiwa kehidupan yang penuh stres. Stres-buffering mengusulkan bahwa, ketika dihadapkan dengan pengalaman negatif, individu dengan dukungan yang lebih besar dari keluarga dan teman-teman cenderung mengalami hasil negatif, sementara keluarga miskin situasi dapat meningkatkan dampak dari peristiwa kehidupan yang penuh stres. Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa interaksi orangtua-anak positif ditemukan terkait dengan hubungan yang lemah antara pasangan intim kekerasan fisik dan fungsi memori eksplisit anak prasekolah. Oleh karena itu, kami mengevaluasi apakah jenis tertentu interaksi ibu-anak yang positif yang memberikan stimulasi kognitif untuk anak-anak, atau bahwa anak-anak yang tenang yang telah terkena peristiwa stres, mungkin moderat potensi pengaruh negatif peristiwa kehidupan pada memori deklaratif.
5.      Metodologi Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif atau uji   statistik yang terdiri dari dua varibel yaitu peristiwa kehidupan yang mengakibatkan stres dan kapasitas memori pada anak. Tujuan global penelitian, tanpa hipotesis tertentu yang disebutkan. Subyeknya, Anak- anak berusia 6 sampai 12 tahun yang diambil dari 16 sekolah  dasar berbeda di daerah perkotan dan pedesaan di Belanda. Sampel berjumlah 225, yang terdiri dari 44% anak laki- laki dan 66% anak perempuan.
6.      Analisis
Analisis Data berpasangan-penghapusan untuk data yang hilang  dipekerjakan. Variabel penelitian diperiksa untuk asumsi tertentu yang berlaku untuk uji statistik yang digunakan. outliers dan normalitas variabel-variabel tersebut dengan cara statistik deskriptif, histogram, scatter plot, dan plot kuantil-kuantil (QQ plot). Variabel yang tidak memenuhi statistik asumsi normalitas diubah dengan transformasi logaritmik. Hasil yang diperoleh dengan variabel logaritmis berubah tidak berbeda dari hasil dengan variabel asli. Oleh karena itu, hasil dengan variabel asli disajikan. Variabel demografi (usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan orang tua), termasuk sebagai kovariat dalam semua analisis. Total nilai kecerdasan (TIQ) tidak dimasukkan sebagai kovariat dalam analisis, untuk alasan dibahas di tempat lain (Dennis et al., 2009). Efek ukuran yang diperkirakan dengan cara parsial eta kuadrat (ηp2). Dampak yang besar sesuai dengan ηp2 .14, Efek moderat dengan ηp2 .06, dan ηp2 .14, dan lemah efek dengan ηp2 .06 (Cohen,1988).
Analisis regresi hirarkis dilakukan untuk menyelidiki kontribusi jumlah negatif peristiwa kehidupan yang penuh stres sebagai prediktor (verbal dan nonverbal) deklaratif kinerja memori dan kinerja memori prosedural, sementara mengontrol variabel demografis.
Analisis ini diulangi dengan dimasukkannya tindakan perhatian, untuk memeriksa apakah peristiwa kehidupan yang penuh stres negatif berhubungan dengan kinerja memori atas dan melampaui kinerja perhatian. Untuk memungkinkan analisis pengaruh peristiwa kehidupan di kurva belajar dengan cara analisis tindakan berulang varians (ANOVA-RM), kelompok dengan berbeda kumulatif jumlah peristiwa kehidupan yang digunakan (yaitu, ada kegiatan,12 acara, 3 peristiwa). Sebuah dua arah ANOVA-RM dilakukan dengan uji coba sebagai faktor dalam-subyek, kelompok sebagai betweensubjects faktor, dan variabel demografis sebagai kovariat. ANOVA-RM diikuti oleh analisis terpisah kovarians (ANCOVA) untuk menganalisis perbedaan kelompok dalam Jumlah Belajar, Kembali Tertunda dan Pengakuan, covarying untuk variabel demografis.
Analisis jalur dilakukan untuk menguji hipotesis bahwa perhatian atau tidur menengahi hubungan peristiwa kehidupan yang penuh stres dengan memory.We deklaratif menggunakan uji Sobel (1982) untuk menguji jalur dimediasi, yang secara langsung menguji signifikansi dari tidak langsung (dimediasi) efek. Moderasi Potensi hubungan peristiwa kehidupan yang penuh stres dengan memori deklaratif dengan pola asuh yang dirasakan dianalisis dengan memasukkan istilah interaksi dalam model regresi. Semua analisis dilakukan dengan menggunakan Paket Statistik untuk Ilmu Sosial (SPSS untuk Windows, versi 16.0, SPSS Inc, Chicago).
7.      Hasil
Hubungan antara stres Negatif dan Memori, ada hubungan antara peristiwa kehidupan dan salah satu memori nonverbal deklaratif, prosedural atau memori mengukur atas efek dari variabel-variabel demografis. Analisis Perbedaan Group di memori deklaratif Verbal, Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam karakteristik demografi dan perilaku antara kelompok. Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa tidak ada langkah-langkah perhatian menunjukkan mediasi signifikan dalam hubungan antara peristiwa kehidupan dan variabel memori.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan antara peristiwa kehidupan yang penuh stres negatif dan kinerja memori pada anak-anak. Hasil mengkonfirmasi hipotesis kumulatif bahwa pengalaman peristiwa kehidupan yang penuh stres negatif dikaitkan dengan penurunan deklaratif kinerja memori, sedangkan asosiasi dengan kinerja memori prosedural. Temuan bahwa decrements kinerja yang spesifik untuk memori deklaratif dan tidak berkaitan dengan memori prosedural menunjukkan bahwa mekanisme yang dominan adalah disfungsi hippocampus, mungkin menjadi hasil (sejarah) ditinggikan kadar hormon stres.
Studi fisiologis diperlukan untuk mengkonfirmasi mekanisme ini tetapi terhambat karena alasan berikut: (1) Peningkatan kadar kortisol yang dihasilkan dari peristiwa kehidupan yang penuh stres yang terdeteksi hanya sekitar waktu dari peristiwa kehidupan, karena, sebagian besar, tingkat menormalkan dengan berlalunya waktu dan (b) hippocampus mungkin volumetrically normal pada saat stres awal peristiwa kehidupan (s), tetapi menjadi lebih kecil selama bertahun-tahun berikutnya dibandingkan dengan kontrol sehat.
Meskipun kami menunjukkan bahwa mekanisme yang mendasari para gangguan memori sama dengan yang di PTSD, kami menekankan bahwa lama dysregulations dari sistem stres, seperti PTSD, itu mungkin jarang dalam sampel saat ini, mengingat 1,2% PTSD tingkat prevalensi diperkirakan dalam sampel saat ini. tingkat ini ini sejalan dengan yang dilaporkan sebelumnya PTSD prevalensi 1% -3% ditemukan dalam dewasa umum populasi dan menunjukkan bahwa sampel saat ini adalah representasi yang baik daripopulasi umum.
Terlepas dari mekanisme, temuan saat ini menunjukkan bahwa potensi kumulatif dampak negatif peristiwa kehidupan stres pada kinerja memori deklaratif adalah sangat penting untuk kehidupan sehari-hari. Anak-anak yang mengalami tiga atau lebih stres negatif dalam peristiwa kehidupannya 9% kurang baik dalam jangka pendek dan tahap jangka panjang verbal tugas memori deklaratif dibandingkan dengan anak yang tidak mengalami negatif peristiwa kehidupan. Memori deklaratif adalah kunci penting untuk keberhasilan akademis dan memainkan peran sentral dalam banyak fungsi kognitif yang penting dalam fungsi kehidupan sehari-hari, seperti masalah pemecahan masalah, penalaran, instruksi memahami, dan pengambilan keputusan.
Dari perspektif evolusi, itu kepastian menguntungkan ketika memori visual dalam situasi mengancam kekal setelah respon stres, karena memfasilitasi menghindari situasi yang membahayakan serupa di masa mendatang. Sebaliknya, pentingnya evolusi memori untuk informasi verbal mengancam situasi tampaknya kurang jelas.
Muncul pertanyaan bahwa aspek fungsi memori dipengaruhi oleh peristiwa kehidupan. Itu Temuan saat ini menunjukkan bahwa pengakuan kata-kata target tidak terpengaruh, sedangkan belajar dan fungsi memori jangka panjang yang memburuk. Adapun gangguan memori jangka panjang, data menunjukkan bahwa, ketika mengendalikan untuk jumlah kata yang dipelajari selama lima percobaan pertama, perbedaan dalam mengingat tertunda antara no-event dan event 1-2 kelompok dan tidak ada acara dan 3 kelompok acara menghilang. Singkatnya, temuan ini mengindikasikan bahwa pemeliharaan dan pengambilan tahapan fungsi memori terhindar, tetapi kekurangan terkait dengan encoding dan perolehan informasi baru. Hal ini sejalan dengan terakhir Muncul pertanyaan bahwa aspek fungsi memori dipengaruhi oleh peristiwa kehidupan. Itu Temuan saat ini menunjukkan bahwa pengakuan kata-kata target tidak terpengaruh, sedangkan belajar dan fungsi memori jangka panjang yang memburuk.
Adapun gangguan memori jangka panjang, data menunjukkan bahwa, ketika mengendalikan untuk jumlah kata yang dipelajari selama lima percobaan pertama, perbedaan dalam mengingat tertunda antara no-event dan event 1-2 kelompok dan tidak ada acara dan 3 kelompok acara menghilang. Singkatnya, temuan ini mengindikasikan bahwa pemeliharaan dan pengambilan tahapan fungsi memori terhindar, tetapi kekurangan terkait dengan encoding dan perolehan informasi baru. Hal ini sejalan dengan hasil terbaru yang menunjukkan bahwa masalah memori pada orang dewasa pasien PTSD dikurung ke fase pengkodean dari sistem memori kedua
hipokampus dan PFC terlibat dalam pengkodean (dan pengambilan) tahap memori
pengolahan (Long, Oztekin, & Badre, 2010).
Dengan demikian, fakta bahwa anak-anak dengan kehidupan stres peristiwa menunjukkan masalah pengkodean tidak mengungkapkan apakah decrements memori adalah karena hippocampus dan / atau PFC disfungsi. Namun, temuan dari prosedural tugas memori menunjukkan bahwa PFC gangguan tidak hadir. Tugas belajar prosedural menyerupai tugas cermin-tracing, yang membutuhkan subyek untuk menghambat dan membalikkan sangat asosiasi dipelajari terus-menerus antara visi dan gerakan tangan dan lengan yang digunakan dalam melacak.
Oleh karena itu, kinerja pada tugas ini sangat sensitif terhadap defisit kognitif tingkat tinggi proses dimediasi oleh lobus frontal. Konservasi fungsi memori prosedural dalam penelitian ini menunjukkan bahwa PFC gangguan yang hadir, meskipun studi pencitraan yang diperlukan untuk mengkonfirmasi itu.
Sampai sejauh mana disfungsi memori dalam penelitian ini karena masalah perhatian? Menunjukkan bahwa masalah perhatian terlibat dalam gangguan memori yang terkait dengan stres. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perhatian kinerja tugas dan masalah perhatian perilaku memang signifikan terkait dengan kinerja memori. Namun, terlepas dari perhatian mempengaruhi pada memori kinerja, pengaruh peristiwa kehidupan pada memori tetap signifikan setelah koreksi untuk tindakan perhatian. Ini berarti bahwa jika PFC yang sebagian terlibat dalam penurunan memori setelah peristiwa stres, ini terutama masalah dalam fungsi eksekutif dan organisasi dari PFC dalam sistem memori, dan tidak dalam kontribusi attentional, yang akan berperan. Artinya, PFC disfungsi pada anak-anak dengan peristiwa kehidupan stres bisa mempengaruhi strategi organisasi selama encoding, dengan fasilitasi berkurang temporal urutan informasi dan dengan reduksi penurunan gangguan proaktif.  Meskipun demikian, namun perlu dicatat bahwa perhatian top-down dan bottom-up yang berbeda mekanisme merupakan bagian dari tahap pengkodean dalam sistem memori, di mana berbeda area di korteks prefrontal dan korteks parietal yang terlibat. Ada kemungkinan bahwa fokus perhatian dan tugas perilaku checklist, yang digunakan dalam penelitian ini, tidak peka terhadap perhatian mekanisme yang terlibat dalam sistem memori. Selain itu, karena masalah memori yang ditemukan dalam domain memori verbal, penggunaan tugas perhatian pendengaran.
Tugas perhatian visual, mungkin bisa menyebabkan hasil yang berbeda seperti untuk keterlibatan perhatian mediasi. Meskipun, masalah perhatian perilaku dan tugas perhatian kinerja secara bermakna terkait dengan kinerja memori verbal dan visual,
yang menguatkan temuan sebelumnya bahwa perhatian penting untuk proses memori.
Kualitas tidur dan kuantitas tidak terkait dengan jangka pendek dan jangka panjang fungsi memori, dan peristiwa kehidupan tidak berkorelasi dengan kualitas dan kuantitas tidur. Oleh karena itu, masalah tidur tidak memediasi hubungan negatif antara peristiwa stres dan kinerja memori. di sana banyak bukti bahwa tidur memainkan peran penting dalam konsolidasi memori (Diekelmann & Lahir, 2010). Mungkin, langkah-langkah tidur yang digunakan dalam penelitian ini terlalu global dan karenanyasensitif terhadap aspek yang rumit dari tidur yang penting untuk konsolidasi memori proses.
Persepsi orangtua tidak berperan sebagai moderator dalam hubungan antara negatif peristiwa kehidupan stres dan memori deklaratif verbal. Beberapa studi telah menemukan peran stres-buffering untuk mengasuh secara positif dalam perilaku penyesuaian pada anak-anak dan remaja, melindungi mereka terhadap potensi dampak negatif dari peristiwa kehidupan yang penuh stres (Skopp et al., 2007). Misalnya, sebuah studi yang dilakukan oleh Jouriles et al. (2008) ditemukan bahwa tingkat yang lebih tinggi dari mengasuh anak secara positif ibu-ibu 'dikaitkan dengan hubungan lebih lemah antara pasangan intim kekerasan fisik dan berfungsi memori eksplisit di anak-anak prasekolah.
Perbedaan individu dalam kerentanan terhadap efek dari peristiwa kehidupan stres pada memori membentuk topik yang menantang untuk penelitian lebih lanjut. Variasi interindividual terhadap respon fisiologis dan psikologis akut berpengaruh besar terhadap situasi stres pada anak- anak. Demikian pula, pengalaman subjektif dari negatif stres dengan peristiwa kehidupan tertentu mungkin berbeda jauh di seluruh anak-anak. Dalam pandangan kami, para frekuensi dari peristiwa kehidupan adalah merupakan prediktor penting dari hasil kognitif, namun, itu adalah intensitas respon emosional anak yang akhirnya menentukan apakah sistem stres exerts dampaknya pada bagian-bagian dari otak yang penting bagi memori fungsi.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi disposisi potensial, seperti efektivitas dari regulasi gairah, yang dapat berkontribusi pada resistensi atau kerentanan untuk efek dari peristiwa kehidupan yang penuh stres pada memori.
Kekuatan penelitian ini adalah ukuran sampel yang relatif besar, penggunaan baik divalidasi, tugas standar kinerja dan kuesioner, dan evaluasi yang luas potensi mediasi dan faktor-faktor seperti perhatian, tidur, dan pola asuh yang dirasakan moderat. Kami menemukan lemah, meskipun positif yang signifikan, korelasi antara usia dan kehidupan peristiwa (r = .13, p<.05), yang menunjukkan bahwa anak-anak mengalami kejadian lebih dari anak-anak muda, seperti yang diperkirakan dari kuesioner yang meminta prevalensi seumur hidup peristiwa kehidupan.Namun, kurangnya informasi tentang neurofisiologis yang sebenarnya tingkat stres yang disebabkan oleh peristiwa kehidupan adalah keterbatasan penelitian. Meskipun temuan kami sangat menyarankan bahwa dampak negatif dari peristiwa kehidupan yang penuh stres pada memori dimediasi oleh peningkatan kadar kortisol pada tingkat neurofisiologis, kita hanya bisa berspekulasi bahwa peristiwa kehidupan yang penuh stres memang disertai dengan peningkatan kadar kortisol.
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Menurut Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif, apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.  Sedangkan berdasarkan definisi kerja stress, stress dapat diartikan sebagai:
·       Suatu tanggapan adaptif, ditengahi oleh perbedaan individual dan atau proses psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan (lingkungan), situasi atau kejadian eksternal yang membebani tuntunan psikologis atau fisik yang berlebihan terhadap seseorang.
·       Sebagai suatu tanggapan penyesuaian, dipengaruhi oleh perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar ( lingkungan ) situasi atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan pada seseorang.
Menurut Mason (1971 ) membantah konsep yang mengatakan bahwa stress hanya terjadi pada badan saja. Ditunjukkkannya bahwa daya adaptasi seseoarang itu tergantung pada faktor-faktor kejiwaan atau psikologiknya yang menyertai stresor.
Pada penelitain Wolf dan Goodel ( 1968 ) bahwa individu-individu yang mengalami kesukaran dengan suatu sistem organ, cenderung akan bereaksi etrhadap stresor dengan gejala dan keluhan dalam sistem organ yang sama. Kondisi sosial, perasaan dan kemampuan untuk menanggulangi masalah, ternyata mempengaruhi juga aspek yang berbeda-beda dari reaksi terhadap stres.
Menurut Selye (Bell, 1996) stress diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction) terhadap adanya ancaman, yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis, seperti: meningkatnya denyut jantung, yang kemudian diikuti dengan reaksi penolakan terhadap stressor dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga (exhaustion) jika individu merasa tidak mampu untuk terus bertahan. Lazarus (1984) menjelaskan bahwa stress juga dapat diartikan sebagai:
·       Stimulus, yaitu stress merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stress atau disebut juga dengan stressor. 
·       Respon, yaitu stress merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stress. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
Proses, yaitu stress digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stress melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi. Jadi, stress dapat mempengaruhi fisik, psikis mental dan emosi. Tetapi, stress dapat mempunyai dua efek yang berbeda, bisa negatif ataupun positit, tergantung bagaimana kuatnya individu tersebut menghadapi stress atau bagaimana individu tersebut mempersepsikan stress yang sedang dihadapinya.
Gejala-gejala stress pada anak memang sangat susah dikenali dibandingkan dengan gejala-gejala stress pada orang dewasa. Ini di karenakan anak terkendala dari cara mengkomunikasikan apa yang sedang dialaminya, perasaan takut apa yang sedang dihadapi, cederung tertutup dan lain-lain.
Orang tua harus mengetahui apa gejala-gejala stress pada anak. Ini penting karena stress yang dalam dapat berakibat sangat luas pada pribadi dan prestasi anak, bahkan berpengaruh pada perubahan tingkah laku dan fisik anak. Gejala-gejala stress pada anak adalah sebaga berikut:
·       Anak menampilkan tanda-tanda depresi
·       Mudah marah dan kehilangan minat pada aktivitas pavoritnya
·       Lelah, gelisah dan agitasi
·       Mengeluh sakit fisik seperti sakit perut (mencret) ataupun sakit kepala
·       Minat belajar menurut dan prestasi yang anjlok
·       Kemungkinan anak akan berubah tingkah laku dari seorang yang ramah menjadi pendiam, ataupun sebeliknya dari seorang yang penurut menjadi seorang yang sering membantah
·       Anak berubah menjadi seorang pembohong bahkan mencuri atau melakukan perbuatan jahat lainnya sebagai bentuk pelarian.
·       Anak kurang bertanggung jawab terhadap tugas-tugas rumah
·       Anak menjadi lebih tergantung dengan orang tua atau mengacuhkan orang tua
·       Kurang percaya diri dan bersikap malas.
Gejala-gejala stress pada anak harus cepat ditanggulangi sebelum gejala-gejala tersebut mengalami generalisasi terhadap tingkah laku negatif lainnya. Anak yang stress berat bahkan bisa bersikap destruktif (merusak) bahkan bunuh diri jika tidak cepat ditanggulangi.
Penyebab stress pada anak, penyebab stress pada anak bermacam-macam sumbernya. Bahkan segala sesuatu yang ada di lingkungan anak, respon, tuntutan dan aktivitasnya keseharian berpotensi menjadi sumber stress baginya. Sehingga penting bagi orang tua untuk mengenali faktor-faktor penyebab stress pada anak, sehingga mereka mampu mengambil tindakan pertolongan bagi anak-anak mereka agar coping (pertahanan) dengan stress yang dihadapi serta mampu mencegah atau menghindari terjadinya stress pada anak. Menurut Prof. Marian Marion dalam bukunya Guidance for young children, ada dua faktor utama penyebab stress (stressors) pada anak yakni faktor internal dan faktor eksternal.
Pertama, Faktor Internal, yang termasuk dalam faktor internal antara lain rasa lapar, rasa sakit, sensitivitas terhadap bunyi/keributan, perubahan suhu, dan kondisi keramaian (kepadatan manusia). Menurut spesialis pengembangan manusia dari University of Illinois Cooperative Extension (Christine M. Todd), stress fisik (seperti rasa lapar, mengantuk atau mendapat peringatan akibat tingkah laku yang kurang baik) merupakan penyebab utama masalah tingkah laku pada anak.
Kedua, Faktor Eksternal, meliputi perpisahan atau perceraian dalam keluarga, perubahan dalam komposisi keluarga, menghadapi pertengkaran dan konflik, menghadapi kejahatan, mengalami tindakan kekerasan dari sesama teman (bullying), kehilangan sesuatu yang berharga misalnya hewan kesayangan, diperhadapkan dengan tugas yang harus diselesaikan secara bertubi-tubi, terburu-buru (hurrying), dan kehidupan sehari-hari yang tidak teratur dengan baik.
Sebenarnya stress dapat berdampak positif maupun negative pada anak. Ini di dipengaruhi oleh umur dan tingkatan stres. Stress yang berdampak positif (misalnya mengikuti kejuaraan tertentu dan belajar mengendarai sepeda) merupakan bagian yang normal dari kehidupan anak setiap hari. Berkaitan dengan umur, semakin muda anak, semakin besar dampak yang ditimbulkan dari hal-hal baru, dan semakin kuat serta potensial pula stress negatif terjadi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak negatif dari stress lebih banyak terjadi pada anak-anak yang berumur di bawah 10 tahun, yang memilki temperamen menurun seperti “sulit” atau “slow but warm-up”, dan yang dilahirkan prematur. Stress yang terjadi secara berkepanjangan (chronic stress) sangat membahayakan bagi kesehatan dan perkembangan mental anak, seperti menurunkan kekebalan tubuh (immune system) untuk melawan penyakit dan infeksi, merusak system pencernaan, menghambat pertumbuhan, merusak emosi, perkembangan fisik dan sel-sel otak anak.
Cara pencegahan stress pada anak, pencegahan dan penanggulangan stess pada anak harus dilakukan sedini mungkin dengan cara-cara yang tepat. Jangan sampai tindakan yang diambil oleh orang tua, hanya menambah beban stress yang di derita oleh anak. Strategi pengendalian ini haruslah didasarkan pada tingkat perkembangan anak karena hal ini sangat berkaitan dengan kemampuan anak untuk mengerti dan memahami keadaan yang sedang mereka alami.
Para pakar psikologi anak menyebutkan bahwa ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah serta mengurangi stres pada anak seperti dibawah ini:
·       Menyediakan lingkungan yang mendukung bagi anak dimana mereka dapat bermain atau mengekpresikan bakat seni mereka.
·       Istirahat yang cukup dan nutrisi yang baik dapat menolong anak-anak dalam mengatasi stress.
·       Menyediakan waktu yang berkualitas dengan anak setiap hari. Biarkan anak mengutarakan masalah yang sedang dihadapi dan menuliskannya. Pada kesempatan ini anak diajak bermain bersama-sama atau berbicara dari hati ke hati tentang bebagai masalah yang dihadapi oleh mereka serta mencari jalan keluar bersama. Ajarkan anak untuk mentransfer strategi pengendalian stress kepada situasi yang lain. Dengan demikian mereka akan merasa bahwa mereka sangat berarti bagi orang tua mereka.
·       Sebelum anak menghadapi hal-hal baru dalam keluarga yang dapat menyebabkan stress (misalnya kelahiran anggota keluarga baru), maka perlu bantuan orang tua mempersiapkan anak dengan cara untuk memberikan pemahaman tentang hal-hal baru yang akan terjadi dalam keluarga. Hal ini akan menolong mengurangi beban stress anak. Namun, persiapan yang berlebih-lebihan juga dibuktikan dapat menyebabkan lebih banyak stress. Orang tua dapat menilai apakah pemahaman yang diberikan sudah cukup atau belum dengan cara memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya jika ia ingin mengetahui lebih banyak.
·       Menolong anak-anak untuk mampu mengidentifikasi berbagai strategi penanggulangan stres (misalnya meminta pertolongan jika ada seseorang yang menggoda/mengganggu, mengatakan kepada mereka kalau kamu tidak menyukainya atau meninggalkan orang yang mengganggu). Menolong anak-anak untuk mengenal, menamai, menerima dan mengekspresikan perasaan mereka secara tepat.
·       Mengajarkan kepada anak-anak teknik relaksasi (beristirahat). Berikan saran-saran seperti: “tarik napas yang dalam”, “berhitung mendur”, “tarik dan regangkan otot-ototmu”, “bermain dengan adonan tanah liat”, “berdansa” atau “membayangkan tempat-tempat yang disukai untuk dikunjungi dan menghayal mengunjungi tempat-tempat tersebut”).
·       Latihan menggunakan berbicara pada diri sendiri (self-talk skills) seperti “saya akan mencoba”, saya piker saya mampu melakukannya”, ini akan menolong anak dalam mengendalikan stress mereka. Beberapa strategi dasar meliputi penerapan strategi disiplin positif, mengikuti rutinitas secara konsisten, dan meningkatkan kerja sama.
·       Jangan membebani anak dengan masalah yang sedang dihadapi orang tua. Tetapi katakanlah kepada mereka tujuan hidup keluarga dan diskusikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dengan sikap yang menyenangkan.
·       Berilah pujian pada anak ketika mereka melakukan hal-hal yang baik dan jangan lupa untuk memberikan pelukan dan ciuman.
·       Gunakanlah humor sebagai buffer terhadap perasaan-perasaan dan situasi yang kurang baik. Anak yang mempelajari humor akan lebih baik untuk menjaga segala sesuatu dalam persepsi.
·       Jangan memberikan beban yang berlebihan kepada anak dengan aktivitas dan tanggung jawab diluar sekolah. Biarkan anak-anak untuk belajar mengatur waktu mereka dengan baik. Jangan meminta mereka untuk selalu menjadi nomor satu dalam segala hal.
·       Berikanlah contoh dan teladan yang baik kepada mereka sehingga mereka akan meniru tingkah laku orang tuanya. Tunjukkan kepada mereka keahlian untuk mengontrol pengendalian diri dan keahlian untuk mengendalikan stress. Dengan melihat hal ini akan memberikan keuntungan bagi mereka karena nantinya mereka akan mampu mengendalikan stress mereka secara baik.
Bagaimanapun juga, stress pada anak sangatlah beragam, sehingga cara pencegahan dan penanggulangannya harus disesuaikan dengan penyebabnya. Orang tua yang baik dan bijak hendaknya selalu belajar dan mencari referensi untuk mencegah stress yang berlarut-larut pada anak. Stress yang berlarut-larut akan merusak keprbadian anak. Sungguh suatu tindakan yang bijak dari orang tua, jika mengambil tindakan yang tepat sedini mungkin, untuk mencegah dan menanggulagi stress pada anak.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu dapat memberikan dukungan untuk hubungan dimensi antara peristiwa kehidupan yang penuh stres negatif dan memori deklaratif verbal dalam suatu non klinis sampel anak usia sekolah. Pengontrolan parameter perhatian dan tidur diminimalkan kemungkinan bahwa perbedaan dalam belajar verbal dan memori adalah karena atensi disfungsi atau gangguan tidur. Selain itu, orangtua yang dirasakan tidak mempengaruhi kerentanan dampak dari peristiwa kehidupan di gangguan memori. Hasil ini menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak mengalami peristiwa kehidupan yang penuh stres negatif ingat 9% lebih dari informasi yang dipelajari daripada anak-anak yang mengalami tiga atau lebih negatif peristiwa kehidupan yang penuh stres. Hasil penelitian ini mungkin memberikan informasi penting untuk praktek klinis dan penelitian di masa depan tentang memori masalah pada anak-anak.
8.      Rekomendasi
Berasal dari 5 jurnal yang berkaitan dengan stres pada anak.
a.      Journal Social Work With Groups
Grief and Trauma Group Therapy for Children After Hurricane Katrina
(Alison Salloum a , Laura W. Garside b , C. Louis Irwin c , Adrian D. Anderson d & Anita H. Francois e, a University of South Florida, School of Social Work, Tampa, Florida, USA, b Formerly with Children's Bureau of New Orleans, Inc., New Orleans, Louisiana, USA c Children's Bureau of New Orleans, Inc., and Tulane School of Social Work, New Orleans, Louisiana, USA d University of Georgia, School of Social Work, Athens, Georgia, USAe Children's Bureau of New Orleans, Inc., New Orleans, Louisiana, USA.  Published online: 13 Jan 2009.
b.      Journal of Psychosocial Oncology
Guided Self-Help as Intervention for Traumatic Stress in Parents of Children with Cancer: Conceptualization, Intervention Strategies, and a Case Study
Martin Cernvall MSc a , Per Carlbring PhD b , Gustaf L jungman MD,
PhD c & Louise von Essen PhD. Psychosocial Oncology and Supportive Care, Department of Publi. Health and Caring Sciences, Uppsala University, Uppsala, Sweden, Umeå University, Umeå, Sweden, Department of Women's and Children's Health, Uppsala University, Uppsala, Sweden, Accepted author version posted online: 31 Oct 2012.Published online: 11 Jan 2013.
c.       Leisure Sciences: An Interdisciplinary Journal
The Playful Advantage: How Playfulness Enhances Coping with Stress
Cale D. Magnuson a & Lynn A. Barnett, Department of Recreation, Sport, and Tourism, University of Illinois at Urbana-Champaign, Champaign, IL, USA.
Published online: 20 Mar 2013.
d.      Journal of Child & Adolescent Trauma
Understanding and Assessing Cortisol Levels in Children and Adolescents
Kathleen Nader a & Carl F. Weems, Two Suns, University of New Orleans
Published online: 22 Nov 2011
Rekomondasi dan Implikasi, saran Bagi Orang Tua. Peran orang tua dalam memberikan pengertian, pengawasan, dan dukungan kepada anak sangat penting sehingga anak tidak mengalami gangguan (stres) pada anak mereka yang disebabkan oleh lingkungan atau kehidupannya. Saran Bagi penelitian selanjutnya. Pada penelitian ini, penulis hanya meneliti Sekolah Dasar di Wilayah perkotaan dan pedesaan di Belanda, yang terdiri dari anak umur 6- 12 tahun. Penelitian lain dapat memperluas variabel tidak hanya pada anak usia 6- 12 tahun, melainkan dapat juga meneliti anak- anak yang juga mempunyai masalah sehingga dapat menimbulkan stres baik dalam lingkungan keluarga maupun luar lingkungan keluarga. Penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat menggunakan landasan teori yang diperbaru.