Selamat Datang di Blog saya, semoga berkenan meninggalkan komentar untuk perbaikan !

Senin, 17 Juni 2013

Pengaruh Televisi Bagi Psikologi Perkembangan Anak



Hikmah,S.Pd.I
Psikologi Pendidikan Islam/ Magister Studi Islam
UMY/ 2013
A.  Pengertian Psikologi Perkembangan
Berdasarkan pendapat beberapa para ahli, psikologi perkembangan itu dapat diartikan sebagai berikut:
1.      Psikologi perkembangan merupakan cabang dari psikologi yang mempelajari proses perkembangan individu, baik sebelum maupun setelah kelahiran berikut kematangan perilaku (J.P. chaplin,1797 )
2.      Psikologi perkembangan merupakan cabang psikologi yang mempelajari tingkah laku dan kemampuan sepanjang proses perkembangan individu dari mulai masa konsepsi sampai mati (Ross Vasta, 1992 )
Kedua pendapat di atas menunjukkan bahwa psikologi perkembangan merupakan salah satu bidang psikologi yang memfokuskan kajian atau pembahasannya mengenai perubahan tingkah laku dan proses perkembangan dari masa konsepsi sampai mati.
Para ahli psikologi perkembangan melakukan studi tentang perubahan tingkah laku itu dalam semua siklus kehidupan individu mulai masa konsepsi sampai mati, walaupun usahanya banyak di fokuskan sampai pada periode remaja. Dalam tahun-tahun terakhir ini, penelitian tentang perkembangan telah diarahkan kepada isu-isu yang berhubungan dengan perkembangan masa dewasa sehingga melahirkan psikologi perkembangan sepanjang rentang kehidupan.
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang progresif dan kontinyu dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati. Pengertian lain dar perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami individu atau organism menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik maupun psikis.
B.   Beberapa  Teori Perkembangan
1.      Pendekatan perkembangan kognitif
Pendekatan ini di dasarkan pada asumsi atau keyakinan bahwa kemampuan kognitif merupakan suatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak. Kunci untuk memahami tingkah laku anak terletak pada pemahaman bagaimana pengetahuan tersebut terstruktur dalam berbagai aspeknya.
2.      Pendekatan belajar atau lingkungan
Teori-teori belajar atau lingkungan berakar dari asumsi bahwa tingkah laku anak di peroleh melalui pengkondisian prinsip-prinsip belajar. Disini dibedakan antara tingkah laku yang dipelajari dengan yang temporer. Dalam hal ini B.F. Skinner membedakan respondent behavior dengan opera behavior.
a.       Respondent behavior merupakan respon yang didasarkan kepada reflex yang di control oleh stimulus, respon ini terjadi karena ada stimulus dan tidak terjadi apabila stimulus itu tidak ada.
b.      Operant behavior yait tingkah laku sukarela yang dikontrol oleh dampak atau konsekuensinya. Pada umumnya dampak tingkah laku yang menyenangkan cenderung akan diulang kembali, sedangkan yang tidak menyenangkan cenderung ditinggalkan atau tidak di ulangi kembali.
3.      Pendekatan etologi
Pendekatan ini merupakan studi perkembangan dari prespektif evolusioner yang didasarkan pada prinsip-prinsip evolusi yang diajukan oleh pertama kalinya oleh Charles Darwin. Konsep ini merujuk pada asal usul biologis atau evolusioner tentang tingkah laku social. Para etologis sangat memperhatikan studi tentang penyebab evolusioner tentang tingkah laku, walaupun mereka  memiliki perhatian terhadap peranan dan prinsip-prinsip belajar terhadap tingkah laku, namun upaya mereka sangat dikonsentrasikan kepada pemahaman tentang bagaimana proses bawaan mempengaruhi perkembangan
4.      Pendekatan imam Al-Ghozali
Al-Ghozali berpendapat bahwa anak dilahirkan dengan membawa fithrah yang seimbang dan sehat. Kedua orangtuanyalah yang mempengaruhi mereka. Demikian pula anak terpengaru oleh sifat-sifat yang buruk, ia mempelajari sifat-sifat yang buruk dari lingkungannya. Tabiat ini dalam keadaaan belum sempurna dan mungkin dapat di sempurnakan serta di perindah dengan pendidikan yang baik, yang oleh Al-Ghozali di pandang sebagai salah satu proses yang penting dan tidak mudah.
C.  Memahami Perkembangan Anak
Dalam upaya mendidik atau membimbing anak, agar mereka dapat mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin, maka bagi para pendidik, orangtua atau siapa saja yang berkepentingan dalam mendidik anak,perlu da dianjurkan untuk memahami perkembangan anak. Pemahaman itu penting, karena beberapa alas an berikut
1.      Masa anak merupakan periode perkembangan yang cepat dan terjadinya perubahan dalam banyak aspek perkembangan.
2.      Pengalaman masa kecil mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan berikutnya.
3.      Pengetahuan tentang perkembangan anak dapat membantu mereka mengembangkan diri dan memecahkan masalah yang di hadapinya.   
Televisi Sebagai Media Pendidikan
A.  Arti pentingnya Media Pendidikan
Perkembangan teknologi yang kian tidak terkendali berpengaruh ke dalam segala aspek kehidupan dan sangat di rasakan khususnya oleh negara-negara berkembang termasuk  Indonesia  Dalam dunia pendidikan mengakibatkan berbagai perubahan menuju kearah perkembangan sebagai upaya untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan dan kemajuan tekhnologi tersebut.dengan demikian antara keduanya terjadi saling mengisi .
Upaya pembaruan dalam pendidikan lebih ditekankan kearah proses belajar mengajar disamping menata kembali arah dan tujuan pendidikan itu sendiri. Masalah proses belajar mengajar kalau dahulu lebih ditekan kan melalui bentuk kata-kata sehinga menjurus kearah verbalisme, kemudian orang mulai berfikir kearah diperlukannya alat bantu pelajaran yang bersifat audiovisual seperti gambar-gambar slide,model,pita kaset,film bersuara,radio dan televisi.
Penggunaan alat audiovisual tersebut ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi proses belajar mengajar sehingga diharapkan anak-anak mampu mengembangkan daya nalar serta daya reka nya.hasil berbagai penelitian menunjukan bahwa proses belajar dan mengajar dengan mengunakan sarana audiovisual mampu meningkatkan efisiensi pengajaran 20%-50%.
Sebenarnya kalau kita menenggok kehidupan kita sehari-hari penggunaan sarana audiovisual tersebut sudah kita kenal sejak lama.hanya saja kita tidak menyadari bahkan tidak mengerti dibalik perbuatan kita itu. pengetahuan manusia 75% di dapatkan melalui indra penglihatan dan 25% di dapat dari indra pendengaran .
Dalam dunia pendidikan yang telah maju sepeti sekarang ini banyak memanfaatkan jasa alat-alat sinsori, misalnya gambar-gambar,bagan, dan masih banyak lagi kemungkinannya. audiovisual sangat membantu dalam proses belajar mengajar sebab dengan alat tersebut siswa dapat melakukan pengamatan lebih cermat lagi dan melalui pengamatan akan memberikan pesan yang mendalam.pesan yang mendalam itu akan memudahkan untuk menginggat kembali sehingga mudah menimbulkan daya fantasi anak. demikian pula pengalaman yang didapat melalui pengamatan sangat membantu memperoleh perbendaharaan pengetahuan yang lebih luas yang akhir nya anak-anak akan berkembang cara berfikirnya.hal itu akan berpengaruh terhadap tingkah laku nya dan menumbuhkan gejala kejiwaan yang mendorong untuk melakukan suatu perbuatan dan akan membantu perkembangan kreatifitas anak.
Perkembangan tekhnologi modern dewasa ini menyebabkan media masa semakin berkembang pula. Karena itulah semua televisi yang dianggap barang mewah telah mampu menembus ruang keluarga sampai ke pelosok-pelosok. Dengan kehadiran media masa televisi yang mempunyai karakteristik tersendiri telah mampu memikat halayak penonton untuk duduk berjam-jam didepan pesawatnya. Karena itu media masa televise ini juga dimanfaatkan dalam dunia pendidikan.
Kehadiran media masa ini tidak berarti akan menggeser kedudukan media masa pendahulunya, melainkan justru akan menjadi pelengkap media masa lainnya. Meskipun demikian besarnya alat audio visual dalam proses belajar mengajar tidak berarti akan mampu mengganti kedudukan guru didalam kelas melainkan hanya tetap sebagai alat bantu mengajar saja.
Alat-alat  Bantu mengajar seperti telah diuraikan itu disebut media pendidikan. Sebagai media pendidikan alat bantu tersebut harus memenuhi beberapa kriteria. Oleh DR.Umar Hamalik dalam bukunya media pendidikan telah memberikan batasan-batasan dan cirri-ciri sebagai berikut :
a.    Media pendidikan identik dengan pengertian keperagaan yang berasal dari kata raga yang artinya suatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar, dan dapat diamati melalui panca indra kati.
b.    Tekanan utama terletak pada benda-benda atau sesuatu yang dapat dilihat dan bias didengar.
c.    Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dengan pengajaran antara       murid dan guru.
d.   Media pendidikan adalah semacam alat bantu belajar-mengajar, baik didalam atau diluar kelas.
e.    Media pendidikan merupakan suatu perantara (media) dan digunakan dalam rangka mendidik.
f.     Media pendidikan mengandung aspek-aspek sebagai alat dan sebagai teknik yang sangat erat pertaliannya dengan metode mengajar.
            Selanjutnya hamalik juga memberikan batasan pengetahuan tentang pengertian media pendidikan itu sendiri. Yang dimaksud dengan media pendidikan adalah alat metode, teknik yang digunakan dalam rangka untuk lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan murid dalam proses pendidikan dan pengajaran.
Masalah penggunaan alat bantu mengajar ini harus di usahakan sedemikian rupa agar tidak menganggu melainkan justru dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga anak-anak tidak merasakan adanya suasana belajar yang mengikat dengan tidak terasa adanya pesan-pesan tertentu yang ditujukan kepada nya. Dalam hubungan ini yusuf Hadi miarso menguraikan tentang prinsip umum penggunaan media sebagai berikut :
  1. Media harus merupakan bagian integral dari pelajaran, media pendidikan bukan merupakan hiasan sehingga kalau kita ingin mengisi dinding kelas dengan media grafika misalnya tidak kita ambil begitu saja gambar menarik sebagai hiasan.sering kali masih terdapat guru mengumpulkan benda, alat dan lain-lain yang menarik,yang tidak hubungan nya denga kurikulum dan pelajaran.
  2. anak-anak harus dipersiapkan dan diperlukan sebagai peserta yang aktif.kalau terlalu bersemangat, guru sering cenderung untuk mengusahakan media yang hebat hingga anak dapat belajar tanpa susah payah dan tanpa kegiatan yang berarti.. hal ini merupakan tindakan yang berlebihan dan hendaknya dipegang ungkapkan”usahakan media yang sederhana, dengan siswa yang aktif”

B.  Peranan Televisi
Kelemahan media masa televisi itu komunikasinya hanya satu arah sehingga khalayak penonton menjadi pasif, artinya penonton tidak bisa memberikan tangapan-tangapan secara langsung.karena itu tidak mengherankan kalau ada beberapa pendapat yang mengatakan televisi sebagai media masa yang mendorong orang untuk bermalas-malasan.bahkan cenderung berpengaruh negative terhadap tingkah laku dan sikap seseorang.
Sebetulnya sebagai pembawa pesan bersifat netral, artinya dapat berpengaruh positif ataupun negative.terjadinya pengaruh positif atau negatif terhadap khalayak penonton khususnya anak-anak bukan bersumber kepada medianya melainkan bagaimana memanfaatkan media tersebut.dengan demikian peranan orang tua sangat dominan terhadap adanya pengaruh positif maupun negative terhadap anak-anak itu.
Peranan orang tua dalam memberikan arahan kepada anak-anak agar anak-anak tidak terjerat di depan layar kaca tanpa mengerti acara yang dilihat nya. Orang tua harus tekun memilihkan acara yang layak di tonton oleh anaknya. Dengan kebijaksanaan demikian itu potensi yang dimiliki media televise menjadi positif karena nya, dalam arti mampu memberikan tambahan pengetahuan serta ketrampilan bukan saja kepada anak-anak tetapi juga kepada khalayak penonton pada umum nya bahkan mereka yang buta huruf pun dapat memanfaatkan nya. Harus diakui bahwa dengan karakteristik yang dimiliki, media masa televisi mempunyai nilai lebih  bila dibandingkan dengan media-media pendahuluan nya.
Media televisi sangat berpengaruh terhadap pendidikan, asalkan melibatkan orang tua memberikan pengarahan sebab belajar pada hakikatnya tidak mungkin dapat dilakukan adanya usaha dari anak sendiri dan melibatkan pihak lain untuk aktif dalam proses belajar.karena itulah khususnya bagi Negara berkembang (termasuk indonesia) perlu digagalkan”melek televisi”.hal ini dapat dilakukan di lingkungan keluarga maupun sekolah dilingkungan keluarga misalnya orang tua harus aktif memantau acara-acara televisi dan mengarahkan anak-anak nya,acara mana yang tepat ditonton oleh anak nya,sedangkan di sekolah miasalnya guru-guru memberikan tugas tertentu kepada anak-anak untuk memantau acara siaran televisi. Pertanyaan kita sekarang adalah apa sebenarnya yang melatar belakangi televisi ikut berperan dalam pendidikan?
Angka statistik menunjukan pengembangan penduduk dunia begitu pesat.perkembangan penduduk yang sangat pesat itu, berdampak terhadap perkembangan anak-anak khusus nya murid-murid sekolah. Jumlah murid sekolah tidak seimbang dengan jumlah tenaga pengajar, disamping itu terdapat juga beberapa persoalan laen nya khusus nya di Negara-negara berkembang.
Pada situasi yang kritis demikian ini lah kemudian muncul televisi ditengah-tengah masyarakat dan dirasakan efektifitas nya tinggi sebagai media masa. Hal itu bukan saja karena karakteristik yang dimiliki nya melainkan juga daya pancar nya pun relative tidak terbatas sehingga daerah terpencil pun mudah dijangkau nya. Karena itu televisi dimanfaatkan sebagai media [pendidikan.                                                               
C.  Klasifikasi Siaran Pendidikan
Televise sebagai media masa mempunyai fungsi sebagai media pendidikan.meskipun demikian, perlu kita ingat kembali bahwa acara siaran pendidikan tidak berarti tidak mengandung unsur-unsur fungsi lain nya misalnya engandung unsure hiburan atau penerangan.karena sebaSgai acara siaran pendidikan, maka tekanan nya pada pendidikannya, sedang hiburan atau penerangan hanya sebagai pelengkap saja.
D.  Belajar Melalui Televisi
Ruang kelas yang menggunakan televisi sebagai pendidikan, biasa nya menampung sejumlah 40-50 murid. Pada jumlah murid sebanyak itu, masih mungkin mengamati acara televisi dengan baik. Ini berarti tidak akan mengganggu dalam proses belajar mengajar. Apabila anak-anak belajar melalui televisi mereka tidak hanya mengamati acaranya dengan tenang melainkan mereka juga memperhatikan perubahan-perubahan gambar yang terjadi. Demikian pula mereka memperhatikan susunan kata-kata dan teks yang ada.
Untuk membantu murid-murid belajar melalui media penyiaran. Isi pesan, format dan teknis penyajiannya, dalam merencanakan acara pendidikan, harus benar-benar dipertimbangkan.disamping itu, factor guru pada media penyiaran juga memegang peran yang amat penting, karena sangat berpengaruh dalam berkomunikasi dengan anak-anak oleh karena itu, guru pada media penyiaran mempunyai persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dipenuhi
KESIMPULAN
v  Televisi merupakan media pendidikan audiovisual yang sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya anak.
v  Dengan berkembangnya zaman, maka berkembang pula program-program televise kea rah kerusakan moral dan tindak kekerasan yang akan menjadi dinding pemisah antara dinding anak-anak dengan masa depannya.
v  Televise akan berakibat baik apabila pesan yang disampaikan adalah pesan-pesan yang baik dan bermoral, dan akan menjadi bahaya besar ketika televise menyiarkan program-program yang bobrok dan amoral, seperti kekerasan dan kriminalitas.
v  Televise sangat berpengaruh positif terhadap perkembangan psikologi anak jika orangtua memberikan bimbingan khusus tentang perihal yang ada di televise.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita. 2005. Psikologi perkembangan. Remaja Rosdakarya:Bandung
F.j.monks,A.m.p Knoers dan Siti Rahayu Haditono.1999. psikologi perkembangan. Gajah Mada University Press: Yogyakarta
Wardhana, veven sp, Televisi dan prasangka budaya masa, PT Media lintas inti nusantara: Jakarta
Darwanto,ss. Televisi Sebagai media pendidikan, pustaka belajar: Yogyakarta










PERAN GURU TPA DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN DI TPA AL-FURQON NGEBEL KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA


Oleh :
Hikmah,S.Pd.I
Magister Studi Islam/ Psikology Pendidikan Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2013
                                                                                                      
ABSTRAK
Peran sebuah guru dalam menanamkan nilai-nilai moral kepada anak didiknya sangat diperlukan, tidak lain halnya Guru TPA Al-Furqon dalam mengajar santriwan dan santriwatinya juga harus  menanamkan serta menerapkan nilai-nilai keagamaan dalam proses pembelajaran. Untuk mengetahui sejauh mana peran guru TPA dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan dalam proses pembelajaran, maka dilakukan penelitian yang bersifat diskriptif kwalitatif kwantitatif. Subjek penelitian ini adalah Guru TPA/ Ustadz dan Ustadzah TPA  yang berjumlah 6 orang serta Santriwan dan santriwati TPA yang berjumlah 10 orang. Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas membri bantuan dan dorongan (supporter) tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat.
Kiat –kiat guru TPA Al-Furqon dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan yaitu meliputi tiga bidang yaitu bidang ibadah, bidang aqidah dan bidang akhlaq. Faktor-faktor penghambat peran guru dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan di TPA Al-Furqon, diantaranya adalah : kedisiplinan ustadz dan ustadzah yang kurang, kurangnya kesadaran bagi orang tua santriwan dan santriwati dalam masalah infaq, tidak semua orang tua santriwan dan santriwati mengerti tentang pentingnya belajar keagamaan di TPA. Faktor-faktor pendukung adanya motivasi sarana dan prasarana untuk belajar serta Kesungguhan santriwan dan santriwati dalam belajar keagamaan di TPA Al-Furqon  sehingga mereka selalu aktif dalam mengikuti kegiatan tersebut
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latarbelakang Masalah
Pada awal berkembanganya Agama Islam di Indonesia, pendidikan Islam dilaksanakan secara informal. Seperti yang telah kita ketahui bahwa Agama Islam datang ke Indonesia dibawa oleh para pedagang muslim. Disamping berdagang mereka menyiarkan Agama Islam kepada orang-orang yang ada disekitarnya yaitu mereka yang sedang membeli barang-barang dagangannya.
Dan disetiap ada kesempatan mereka tidak menyia-nyiakan untuk memberikan pendidikan dan ajaran Agama Islam.
Didikan dan ajaran Islam diberikan dengan perbuatan, dengan contoh dan suri teladan. Sehingga dapat menghasilkan siswa yang berprilaku sopan santun, ramah tamah, tulus ikhlas, amanah dan kepercayaan, pengasih dan pemurah, jujur dan adil, menepati janji serta menghormati adat istiadat anak negeri. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin canggih, semakin modern. Ilmu pengetahuan dan tehnologi dewasa ini berkembang dengan lajubegitu cepat. Oleh kerana itu, pendidikan seharusnya dapat menyesuaikan diri dan bahkan dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan dan ilmu pengetahuan.2 Namun realita dilapangan sering kita jumpai disekitar lingkungan para siswa, mahasiswa bahkan masyarakat, mereka mendekati atau bahkan ikut terlibat didalamnya, yakni melakukan hal-hal yang menyimpang dari normanorma susila dan tidak jarang menyimpang dari nilai-nilai Agama. Sering kali mereka berdalih, bahwa yang ia lakukan itu adalah sesuatu yang modern. Seperti belakangan ini kita jumpai dimedia cetak maupun elektronik, misalnya pakaian yang mengundang birahi, perampasan hak, perkosaan, pencurian, penggunaan obat terlarang, minum-minuman keras, dan sebagainya. Ditambah lagi dengan adanya berbagai tindakan yang tidak etis yang dipertontonkan oleh para pejabat dan tokoh masyarakat yang hampir merajalela diberbagai sektor kehidupan, mengakibatkan runtuhnya martabat bangsa ini.
Moral telah dirasakan sangat mengglobal seiring dengan tata nilai yang dengan tata nilai yang sifatnya mendunia. Dibelahan bumi manapun kerap kali dapat disaksikan berbagai gaya hidup yang bertentangan dengan etika dan nilai Agama. Berbagai pendekatan telah dan sedang dilakukan untuk menyelamatkan peradaban manusia dari rendahnya perilaku moral. Pentingnya pendidikan akhlak bukan dirasakan oleh masyarakat yang mayoritas penduduknya beragama Islam saja, tapi kini sudah mulai  di terapkan di berbagai Negara. Di Jerman misalnya, pelajaran Agama Islam juga masuk pada kurikulum sekolah mereka.
Masalah-masalah dekadensi moral dapat kita lihat seperti; 1) kebebasan seks yang menimpa sebagaian besar Negara-negara di dunia didukung, dihidupkan dan dipromosikan oleh media media masa barat. Barat mensosialisasikan kebebasan seks ini melalui seminar-seminar yang mengizinkan praktik prostitusi, aborsi dan sodomi dengan argumen yang sangat rapuh, yaitu mengatasi pertumbuhan penduduk, 2) beredarnya obat-obat terlarang dengan berbagai jenisnya, perluasan dan tempat pemasarannya, dan peningkatan teknik produksi dan promosinya, 3) meluasnya kriminalitas dengan berbagai ragamnya, baik yang bersifat pribadi maupun sosial, bahkan tingkat dunia, 4) merajalelanya penculikan anak-anak, wanita dan orang dewasa, serta pembajakan pesawat atau kapal laut, 5) adanya Undang-undang yang dirumuskan oleh badan-badan dunia yang memihak negara-negara kuat untuk menguasai negara-negara lemah. Selain dekadensi moral, juga terjadi dekadensi akidah seperti maraknya perdukunan yang menyeret seseorang kepada kesyirikan, karenanya haruslah diluruskan dengan melalui pendidikan Agama yang benar.
Sebenarnya bangsa ini telah banyak melahirkan anak-anak bangsa yang berstatus Sarjana bahkan Doktor dan Profesor. Akan tetapi yang bermental sehat hanya seribu satu dari jutaan penduduk bangsa ini. Kepandaian yang mereka miliki hanya sebatas pengetahuan dan pencapaian target nilai, sedangkan dalam hal aplikasi, masih dipertanyakan. Padahal menurut Mulyasa ada 4 kondisi belajar yang harus dikembangkan yaitu Iearning to Know, Learning to Do, Learning Live Together dan Learning to Be.
 Hal ini menunjukkan indikasi bahwa pendidikan Agama yang berlangsung selama ini belum memberikan hasil yang optimal dan sesuai sasaran. Ternyata ilmu dan tehnologi tidak mampu memberikan makna peningkatan kecerdasan yang sebenarnya, kalau tidak disertai dengan pendidikan Agama yang kokoh. Untuk itu, disinilah pentingnya pendidikan dan pembelajaran Agama diberikan sejak dini, agar mereka mempunyai kesadaran nilai-nilai Agama yang tinggi. Sehingga sesuai dengan tujuan akhir dari suatu pendidikan yaitu pembentukan insan kamil dengan pola taqwa, sebagai mana dijelaskan dalam Al-Qur`an surat Ali-‘Imran (3) ayat 102: 
Oleh karena itu, Peneliti menganggap pelanggaran-pelanggaran tersebut disebabkan ketidakpahaman mereka terhadap nilai-nilai Agama, yang terkandung dalam al-Qur`an dan al Hadits. Sedangkan al-Qur`an sendiri sudah menjelaskan. Dalam surat al-Baqarah (2) ayat: 2:
Al-Qur'an secara ilmiah merupakan firman Allah yang disampaikan oleh malaikat Jibril yang mengandung mu’jizat, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang tertulis dalam mushaf dan diterima oleh umatnya secara mutawatir (memenuhi persyaratan keabsahan suatu berita) dan bernilai ibadah dalam membacanya.
Dari sini dapat memperoleh gambaran bahwasanya isi al-Qur'an mengandung kebenaran mutlak tanpa diragukan adanya, penyelewengan maupun ketidaksempurnaan. Al-Qur'an itu kaya akan informasi dan ilmu yang baik mengenai manusia maupun alam semesta, karena itu al-Qur'an juga merupakan pedoman hidup bagi manusia.
Al-Qur'an merupakan sumber ilmu pengetahuan bagi manusia yang dapat membimbing dan menuntun manusia ke arah jalan yang lurus, jalan keselamatan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Islam dalam al-Qur'an menyatakan bahwa al-Qur'an itu mudah untuk dipelajari, dianalisis dipahami yang kemudian direalisasikan dalam bentuk perbuatan hanya bagi orang-orang yang bersungguh-sungguh dan bertaqwa.
Allah berfirman dalam surat ke 54: Al Qamar ayat 17:
Ayat di atas mengisyaratkan pada kaum muslimin untuk mempelajari makna yang terkandung di dalamnya sehingga dapat dijadikan pelajaran, tentunya dalam pemahaman terhadap al-Qur'an ini tidak sekaligus, melainkan dimulai dengan belajar membaca al-Qur'an dengan fashih dan tartil.8
Untuk merangsang minat belajar membaca al-Qur'an sebaiknya dimulai sejak dini, karena pada usia itu kemampuan manusia untuk menerima ilmu luar biasa sehingga dapat memberikan hasil yang optimal.
Disamping itu anak merupakan amanat dari Allah yang dianugerahkan kepada orang tua yang nantinya akan dimintai pertanggungjawaban terhadap segala sesuatu dan tindak tanduk yang dilakukan oleh anak tersebut. Untuk mewujudkan generasi yang memahami dan mengamalkan al- Qur'an perlu mempersiapkan sedini mungkin dan membiasakan membaca al- Qur'an secara tartil agar mendapat petunjuk-Nya. Sebab al-Qur'an adalah pokok pelajaran dan yang paling pertama diajarkan kepada anak-anak, karena al-Qur'an merupakan sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan.  
Dalam masalah belajar mengajar al-Qur'an diperlukan pengelolaan yang serius dan proporsional, baik dari segi pemilihan strategi dan metode yang profesional agar tercapai tujuannya. Selain itu, tenaga pendidiknya harus bijaksana dalam memilih metode dengan mempertimbangkan kelemahan dan juga kelebihan sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh anak tersebut. Sebagaimana firman Allah dalam surat ke 75: Al Qiyamah ayat 16-18, sebagai berikut:
Ayat tersebut menunjukkan bahwasanya penguasaan materi al-Qur'an dapat dijadikan sebagai landasan untuk mengerjakan ajaran Islam, serta mempertebal rasa keimanan seorang muslim. Sementara itu kebanyakan generasi muda masih belum mampu membaca al-Qur'an secara baik, apalagi memahaminya.
Untuk menanggulangi masalah ini sudah banyak jalan yang ditempuh, seperti pembelajaran al-Qur'an di mushalla, masjid dan rumah, akan tetapi hasilnya belum memuaskan, karena pengelolaannya masih belum terkoordinir secara baik, maka lahirlah apa yang dikenal dengan sebutan “Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA).”
Taman pendidikan Al-Qur’an merupakan salah satu bentuk pendidikan di jalur non formal dalam masyarakat yang bercirikan Islami. Menurut Chairani TPA adalah sebuah sistem dan sarana pelayanan keagamaan yang dirancang khusus bagi anak-anak dan remaja muslim.9
Maka TPA Masjid Shirothol Mustaqim yang berada di Ngebel Kasihan Bantul Yogyakarta  ini berusaha mengintensifkan kegiatannya, yang memang secara profesional telah mengikuti terhadap apa yang telah tercanang dalam buku pedomannya, dan institusi ini akan terus ditingkatkan agar dapat mencetak generasi yang berkualitas dan berakhlak mulia.
Dalam pembelajarannya, TPA Masjid Shirothol Mustaqim  tidak hanya mengajarkan membaca al-Qur'an kepada para siswa, tetapi juga mengajarkan tentang nilai-nilai ajaran Islam baik yang menyangkut aqidah, ibadah maupun akhlak. Karena fungsi pendidikan Agama Islam diantaranya ialah penanaman nilai-nilai, yang nantinya dapat dijadikan pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.10 Itulah sebabnya dirasa sangat penting untuk memberikan pengantar atau dasar-dasar tentang Islam kepada para siswa.
Berlatar belakang uraian tersebut di atas, penulis ingin meneliti tentang “Peran  Guru   TPA Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Keagamaan di TPA Al-Furqon” 
B.     Rumusan Masalah 
1.    Bagaimana peran guru TPA dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan di TPA Al-Furqon ?
2.    Bagaimana kiat-kiat Guru TPA Al-Furqon  dalam mengemas materi dalam pembinaan keagamaan?
3.    Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pembinaan peranan Guru TPA Al-Furqon ?

C.     Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui peran guru TPA dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan di Al-Furqon ?
2.      Untuk mengetahui  kiat-kiat Guru TPA Al-Furqon dalam mengemas materi dalam pembinaan keagamaan?
3.      Untuk mengetahui Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pembinaan peranan Guru TPA Al-Furqon ?

D.    Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1.      Secara Teoritis
Bagi pendidikan luar sekolah, TPA Al-Furqon sebagai tambahan informasi untuk memudahkan dan memperlancar serta mengembangkan mutu pendidikan.
2.      Secara Praktis
Bagi Takmir, Guru TPA, dan semua pihak yang terkait, sebagai sumbangan pemikiran dalam menentukan upaya yang dilakukan guru dalam menanamkan nilai-nilai Agama di TPA  Al-Furqon.

E.     Tinjauan Pustaka
Menurut Erna Yulianti dalam penelitiannya yang berjudul “Peranan Guru Agama Islam Dalam Mengatasi Pelanggaran Indisipliner siswa SMK Muhammadiyah 1 Playen Tahun Ajaran 2009/2010”. Mengemukakan bahwa peran dan tanggung jawab guru pendidikan agama islam yang hubungannya dengan membina siswa utamanya dalam mengatasi pelanggarab indisipliner yang bertujuan untuk menciptakan siswa didik yang patuh terhadap tata tertib serta untuk menciptakan perkembangan dan kemajuan sekolah sehingga tercipta sekolah yang berkuatitas, dan disiplin.
Sedangkan menurut penelitian Ismail yang berjudul “Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Kasusu Narkoba di SMU UUI Yogyakarta “ Mengemukakan bahwa usaha guru pendidikan agama islam dalam memberikan pembinaan pada siswa yang terlibat kasus narkoba di SMU UII Yogyakarta agar bisa membangun mental akal dan pikiran dengan memberikan ajaran-ajaran atau nilai-nilai islami yang terkandung dalam ajaran islam terhadap penanggulangan penyalah guanaan narkoba.
Kemudian penelitian Muntamah yang berjudul “ Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembentukan Perilaku Keagamaan Pada Siswa SLTP N 1 Tretep Temanggung.” Mengemukakan bahwa bagaimana pentinggnya peran guru dalam membentuk perilaku keagamaan para siswa, terlebih siswa pada tarap perkembangan remaja awal yang memang sedang membutuhkan bimbingan dan arahan supaya mereka tidak terjerumus kedalam hal-hal yang negatif.
Dari penelitian-penelitian sebelumnya terdapat perbedaan yang mendasar diantaranya perbedaan sumber penelitian, pembahasan penelitian, dan tempat penelitian. Sedangkan dalam penelitian ini penulis menakankan pada peran guru TPA dalam menanamkan nilai-nilai keagaman di Masjid Shirothol Mustaqim.

F.      Kerangka Teoritik
1.      Peran Guru
a.       Pengertian Peran
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) peran berarti seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas membri bantuan dan dorongan (supporter) tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua,dan orang dewasa lain, moralitas dan tanggung jawab kemasyarakatan,pengetahuan dan keterampilan dasar,persiapan untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual.
Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemelihara anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktifitas anak-anak agar tingkah laku anak tidak menyimpang denan norma-norma yang ada.
2.      Macam-macam Peran Guru
a.       Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak
Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh Karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-nora yang dianut oleh masyarakar,bangsa dan Negara. Karena nilai dasar Negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila,maka ingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai pancasila.
b.      Peran guru sebagai pengajar dan pembimbing dala pengalaman belajar
Setiap guru harus memberikan pengetahuan,keterampilan dan pengalaman lain diluar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan meilih pekerjaan di masyrakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial tingkah laku social anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nlai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.
c.       Peran guru sebagai pelajar (leamer).
Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahun dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas professional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.
d.      Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan.
Seorang guru diharapkan dapat membantu dalam mengembangkan kemampuannya. B antuan dapat secara langsung melalui petemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan insidental.
e.       Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat.
Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang yang dikuasainya.
f.       Guru sebagai administrator.
Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kegiatannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti memmbuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharaga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik
3.      Kajian Tentang TPA
a.       Pengertian TPA
Taman pendidikan al-Qur`an merupakan salah satu bentuk pendidikan di jalur non formal dalam masyarakat yang bercirikan Islam Dalam buku “Pedoman PPTKA-BKPRMI” definisi TPA adalah:
“TKQ/TPA adalah sebuah sistem dan sarana pelayanan keagamaan yang dirancang khusus bagi anak-anak dan remaja muslim. Dirancang berdasarkan ujicoba dan pengalaman yang cukup lama”.81
Untuk pelayan pendidikan Agama secara optimal berdasarkan pengalaman para pelaksana pendidikan Agama, maka pembagian tingkatan disesuiakan dengan pengertian TKQ/TPA, sebagai berikut: 
1)      TKQ merupakan pendidikan keagaman tahap awal yang dimulai sejak anak berumur 4-6 tahun, dengan masa berlajar 6 hari dalam seminggu dan penyajian materi 75% dengan BCM (Bermain Cerita Bernyanyi).
2)      TPA merupakan pendidikan keagamaan menengah yang dimulai sejak berumur 7-12 tahun dengan masa belajar 3-4 hari dalam semingu danpenyajian materi 50% dengan BCM.
4.      Nilai –Nilai Keagamaan
a.       Pengertian
Nilai-nilai keagamaan terdiri dari dua kata yaitu kata nilai dan kata keagamaan. Nilai itu sendiri adalah hahikat suatu hal yang menyebabkan hal itu di kejar oleh manusia. Nilai juga berarti keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya.
Dengan demikian nilai dapat dirumuskan sebagai sifat yang terdapat pada sesuatu yang menempatkan pada posisi yang berharga dan terhormat yakni bahwa sifat ini menjadikan sesuatu itu dicari dan dicintai, baik dicintai oleh satu orang maupun sekelompok orang, contoh hal itu adalah nasab bagi orang-orang terhormat mempunyai nilai yang tinggi, ilmu bagi ulama` mempunyai nilai yang tinggi dan keberanian bagi pemerintah mempunyai nilai yang dicintai dan sebagainya.
Sedangkan keagamaan adalah hal-hal yang bersifat agama. Sehingga nilai-nilai Keagamaan berarti nilai-nilai yang bersifat agama.
b.      Macam-Macam Nilai Keagamaan
Menurut Nurcholish Madjid, ada bebrapa nilai-nilai keagamaan mendasar yang harus ditanamkan pada anak dan kegiatan menanamkan nilai-nilai pendidikan inilah yang sesungguhnya menjadi inti pendidikan keagamaan. Di antara nilai–nilai yang sangat mendasar itu ialah:
a.       Iman, sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Tuhan
Adapun iman terdiri dari enam yaitu iman kepada Allah, iman kepada Nabi dan Rasul, Iman kepada Malaikat, iman kepada kitab, iman kepada hari akhir, dan iman kepada hari kiamat  
b.      Islam, yaitu sikap pasrah dan taat terhadap aturan Allah
Islam mempunnya rukun yang wajib untuk dilaksanakan yaitu syahadat, sholat, puasa, zakat, dan haji bagi yang mampu.
c.       Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam - dalamnya bahwa Allah senantiasa hadir bersama kita dimana saja berada sehingga kita senantiasa merasa terawasi.
d.      Taqwa, yaitu yaitu sikap yang sadar bahwa Allah selalu mengawasi kita sehingga kita hanya berbuat sesuatu yang diridlai Allah dan senantiasa menjaga diri dari perbuatan yang tidak diridlai –Nya.
e.       Ikhlas, yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan semata – mata demi memperoleh ridla Allah.
f.       Tawakkal, yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah dengan penuh harapan kepada-Nya dan keyakinan bahwa dia akan menolong dalam mencari dan menemukan jalan yang terbaik.
g.      Syukur, yaitu sikap penuh rasa terima kasih dan penghargaan atas segala nikmat dan karunia yang tidak terbilang banyaknya.
h.      Sabar, yaitu sikap tabah menghadapi segala kepahitan hidup, besar dan kecil, lahir dan batin, fisiologis maupun psikologis.
G.    Metodologi Pnelitian
1.      Subjek Penelitian
Subjek penelitian yaitu aspek-aspek yang dijadikan untuk bahan penelitian. Dalam penelitian ini subjek yang diteliti yaitu guru TPA, Ustadz, Ustadzah dan para santri atau siswa TPA.
2.      Metode Pengumpulan Data
a.       Wawancara
Metode ini dipergunakan untuk mendapatkan data dengan cara Tanya jawab langsung dengan guru TPA.
b.      Angket
Angket atau kuisioner adalah pertanyaan –pertanyaan yang diberikan kepada santri TPA dengan tujuan santri memberi respons yang sesuai dengan permintaan peneliti. Angket tersebut dipergunakan untuk memperoleh data yang konsiten tentang sejauh mana peran guru TPA menanamkan nilai-nilai keagamaan.
c.       Observasi
Observasi adalah pengamatan yang meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan alat indra (Suharsimi Arikuntoro, 1996:145).
d.      Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang  berupa, meneliti benda-benda tertulis seperti buku-buku dan arsip-arsip yang dimiliki TPA Masjid Shirothol Mustaqim.  (Suharsimi Arikuntoro,1996: 274)

3.      Teknik Analisis Data
Jenis penelitian ini kwantitatif kwalitatif yaitu bersifat diskriptif .
a.       Data Non Statistik
Data kualitatif diskriptif yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata verbal, bukan disajikan dalam bentuk angka. Selanjutnya menganalisis data melalui alur fikir induktif dan deduktif.
1.      Pola fikir induktif yaitu pola fikir dari empiris dan mensabstraksikan hal-hal yang bersifat khusus umum.
2.      Pola fikir deduktif yaitu mencari konsep yang lebih umum kefikir mencari hal-hal yang lebih spesifik atau konkrit umum kepada yang khusus.
b.      Data Statistik
P          = F/Nx100%
P          = Hasil persentase
F          = Frekuensi jawaban
N         = Jumlah frekuensi atau banyaknya individu
100%   = Bilangan konstanta
(Anas Sudijono,1996:40-41).

BAB II
GAMBARAN UMUM TPA MASJID SHIROTHOL MUSTAQIM
A.    Letak Geografis
1.      Letak Geografis
TPA Masjid Shirothol Mustaqim terletak di :
Desa                      : Ngebel
Kecamatan            : Kasihan
Kabupaten             : Bantul
Propinsi                 : Daerah Istimewa Yogyakarta
Adapun batas-batas keliling TPA Masjid Shirothol Mustaqim yakni:
Sebelah utara         :  Perumahan warga
Sebelah timur        :  Jalan umum
Sebelah selatan      :  Perumahan warga
Sebelah barat         :  Perumahan warga
2.      Kependudukan
3.      Pendidikan
4.      Ekonomi
5.      Kondisi Keagamaan
B.     TPA
1.      Sejarah berdiri dan berkembangnya TPA
TPA Masjid Shirothol Mustaqim berdiri pada tanggal 02 Mei  yaitu bertujuan untuk menghidupkan masjid ,dan agar anak-anak belajar agama untuk mendapatkan pendidikan yang lebih di lingkungan masyarakat.
2.      Struktur Organisasi
Ketua                                :
Penasehat                          :
Penanggung jawab            :
Sekretaris                          :
Bendahara                         :


3.      Personalia TPA
a.       Ustadz Ustadzah        : Berjumlah 7 orang yang terdiri dari, 2 orang ustadz dan 5 orang ustadzah yang mana latar belakang pendidikan mereka ada yang sudah bekerja, masih sekolah SMP,SMA dan Mahasiswa kuliah.
b.      Santriwati/wan            : Berjumlah kurang lebih 50, namun yang aktif hanya berjumlah 20 orang santriwati/wan.
c.       Pengurus                              : Aziz Hasan, Annisa,
d.      Sarana dan Prasarana :
Fasilitas tempat atau gedung berada di dalam masjid Shirothol Mustaqim dan kadang-kadang outdoor (di TK, SD, UMY)
Sarana belajar mengajar yaitu dengan menggunakan iqro’, Al-Qur’an, meja, dan buku-buku ceritra islami atau teladan
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Peranan Guru TPA dalam Pembinaan Nilai-Nilai Keagamaan
Setelah mengadakan penelitian terhadap kegiatan yang ada di TPA Masjid Shirothol Mustaqim, maka peneliti dapat mengetahui keadaan dan hasil dari pembinaan, khususnya yang berkaitan dengan peran guru TPA bagi santriwati dan santriwan.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang peran guru TPA dibwah ini akan diuraikan berbagai pendapat dari ustadz dan ustadzah berkaitan dengan perannya sebagai berikut:
1.      Membina anak-anak, baimana cara melaksanakan sholat yang baik dan benar.
Tujuan dari didirikannya TPA adalah salah satunya untuk membina anak-anak dalam masalah sholat, yang mana anak-anak atau santriwan dan santriwati mulai dilatih untuk melaksanakan sholat dengan baik dan benar. Serta saat akan melaksakan solat secara rutin terutama pada saat santriwan santriwati berada di rumah.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang baimana santriwan dan santri dalam melaksanakan sholat selama mereka melaksanakan sholat dirumah, dapat dilihat pada table 1.1 berikut yang berisi pendapat dari santriwan dan santriwati melalui angket.

Tabel 1.1 tentang sholat soal, 1,2
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentase (P)
Ya, selalu rutin
9
45 %
Kadang-kadang                 
9
45 %
Tidak sama sekali
2
10 %
Jumlah
20
100 %

Berdasarkan table 1.1 tersebut telah menunjukkan dari 10 santriwan dan santriwati menjadi responden terdapat sebagian kecil dari santriwan dan santriwati yang menjalankan sholat secara rutin, yaitu jumlah frekuensi 9 responden (45 %). Sedangkan santriwan dan santriwati dalam melaksanakan shalat ada kalanya rutin dan masih dipaksa, tapi ada kalanya mereka melaksanakan sholat atas kemauan sendiri mempunyai frekuensi sebanyak 9 responden (45 %). Dan santriwati dan santriwan yang tidak melaksanakan sholat sama sekali mempunya frekueinsi sebanyak 2 responden (10 %).
Dari uraian tersebut maka dapat diambil kesimpulan, bahwa keberadaan guru TPA mempunya peran yang cukup penting dalam membimbing anak-anak untuk melaksanakan sholat dan pribadi anak-anak menjadi lebih baik dalam menjalankan sholat.
Sedangkan untuk mengetahui apakah santriwan dan santriwati dapat melaksanakan sholat berjama’ah atau tidak dapat dilihat pada table 1.2
Tabel 1.2 tentang sholat jama’ah soal, 3
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentase (P)
Ya, selalu rutin
4
40%
Kadang-kadang                 
6
60%
Tidak sama sekali
0
0 %
Jumlah
10
100 %

Dari uraian tersebut maka dapat diambil kesimpulan, bahwa keberadaan guru TPA mempunya peran yang cukup penting dalam membimbing anak-anak untuk melaksanakan sholat berjama’ah serta dapat melaksanakannya secara rutin.
2.      Membina santriwan dan santriwati selalu aktif berpuasa dibulan ramadhan.
Selain dalam bidang sholat, santriwan dan santriwati juga dilatih untuk melaksanakan ibadah puasa terutama pada bulan suci romadhon secara aktif, dengan tujuan: selain melaksanakan ibadah, para santriwan dan santriwati dapat melaksanakan bagaimana penderitaan orang-orang miskin yang kelaparan, sehingga dari pribadi santriwan dan santriwati tertanam rasa kasih saying kepada sesama manusia, melatih untuk mengekang hawa nafsu, seperti nafsu haus dan lapar serta dapat menghindari perbuatan keji dan munkar. Hal tersebut didukung oleh pendapat mereka yang telah dikelompokkan dan telah disatukan dalam tabel  1.3.
Tabel 1.3  tentang puasa soal, 4,5

Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentase (P)
Ya, selalu rutin
12
60 %
Kadang-kadang
6
30 %
Tidak sama sekali
2
10 %
Jumlah
20
100 %

Tabel tersebut menunjukan hampir dari sebagian sampel yang telah ditetapkan, santriwan dan santriwati TPA Masjid Shirothol Mustaqim dalam melaksanakan ibadah puasa pada bulan suci ramadhan dapat mencapai sehari penuh dan genap selama satu bulan, dengan jumlah frekuensi sebanyak 12 responden (60%). Sedangkan bagi santriwan dan santriwati yang dalam melaksanakan ibadah puasa dapat bertahan sampai setengah hari dan tidak genap sampai satu bulan mempunyai jumlah frekuensi sebanyak 6 responden (30%) . Adapun jawaban untuk alternative tidak sama sekali dalam tabel tersebut mempunyai frekuensi sebanyak 2 responden (10%).
Dari uraian tersebut dapat disimpulakan, bahwa keberadaan TPA sangat berperan untuk membimbing santriwan dan santriwati untuk aktif melaksanak ibadah puasa dibulan ramadhan.
3.      Membina santriwan dan santriwati untuk selalu patuh dan berbakti pada orang tua.
Selain bidang-bidang keagamaan, keberadaan TPA juga membina serta melatih para santriwan dan santriwati untuk menghormati dan selalu patuh kepada kedua orang tua, adanya pembinaan tersebut sangat membantu orang tua santriwan dan santriwati yang mana santriwan dan santriwati menjadi patuh dan suka membantu.
Untuk mengetaui lebih jauh tentang bagaimana sikap santriwan dan santriwati terhadap kedua orang tuanya selama mereka berada dirumah dapat dilihat pada tabel 1.4.


Tabel 1.4 Tentang berbakti pada orang tua soal ,6,7
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentase (P)
Ya, selalu rutin
16
80 %
Kadang-kadang
4
20 %
Tidak sama sekali
0
0 %
Jumlah
20
100 %


Tabel 1.4 tersebut menunjukan bahwa hampir sebagian besar santriwan dan santriwati setelah mengikuti kegiatan di TPA menjadi suka membantu dan patuh kepada kedua orang tua mereka, yang mempunyai jumlah frekuensi 16 responden (80%). Tetapi disisi lain ada sebagian kecil perilaku santriwan dan santriwati yang ada kalanya rajin dan patuh kepada orang tua, namun adakalanya mereka berubah menjadi pemalas dan suka melawan, hal tersebut dapat dilihat dalam frekuensi yang berjumlah 4 reponden (20%). Sedangkan dalam alternatif tidak sama sekali frekuensinya 0 (tidak ada).
Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa peran TPA dalam pembinaan bidang akhlaq sangat berpengaruh bagi santriwan dan santriwati, terutama mereka yang berada di rumah hal tersebut ditunjukkan oleh perilaku mereka yang suka membantu dan patuh pada kedua orang tua mempunyai frekuensi yang tinggi (80%).
4.      Membina anak-anak untuk berdo’a jika akan melakukan suatu pekerjaan dan selalu mengucapkan salam.
Kegiatan yang ada di TPA salah satunya adalah membina santriwan dan santriwati menghafalkan berbagai macam do’a-do’a harian dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari sebelum santriwan dan santriwati memulai kegiatannya, sebagai contoh: jika hendak makan, tidur, mandi ,berangkat sekolah dan sebagainya terlebih dahulu harus berdo’a. setelah itu santriwan dan santriwati juga dibimbing untuk mengucapkan salam terlebih dahulu jika mereka bertemu kedua orang tua, masuk atau keluar rumah dan jika bertemu dengan guru maupun teman-teman dijalan.
Tujuan dari pembinaan ini selain membiasakan diri santriwan dan santriwati untuk berdo’a dan mengucapkan salam, agar tidak bersikap sombong jika bertemu dengan orang tua, guru maupun teman-teman mereka sewaktu bertemu.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang perubahan sikap dari santriwan dan santriwati selama mereka dirumah dapat dilihat pada tabel 1.5.

Tabel 1.5  Tentang berdo’a sehari-hari dan mengucapkan salam soal 8,9.
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Presentase (P)
Ya, selalu rutin
15
71,428 %
Kadang-kadang
6
28,572 %
Tidak sama sekali
0
0 %
Jumlah
21
100 %

Tabel 1.5 tersebut menunjukan bahwa hampir sebagian besar santriwan dan santriwati setelah mengikuti kegiatan di TPA menjadi selalu mengawali kegiatan-kegiatan yang dilakukannya dengan berdo’a, jika akan mengerjakan suatu pekerjaan serta selalu mengucapkan salam, terlebih jika mereka akan pergi maupun pulang, yang mempunyai jumlah frekuensi 15 responden (71,428%). Tetapi disisi lain ada sebagian kecil perilaku santriwan dan santriwati yang kadang-kadang melaksanakan kegiatan yang diawali dengan do’a maupun mengucapkan salam, hal tersebut dapat dilihat dalam frekuensi yang berjumlah 6 reponden (28,572 %). Sedangkan dalam alternatif tidak sama sekali frekuensinya 0 (tidak ada).
5.      Membina anak-anak membaca dan menulis huruf-huruf Al-Qur’an.
Peranan yang paling pokok bagi keberadaan TPA adalah membina santriwan dan santriwati membaca dan menulis huruf Al-Qur’an. Pembinaan ini bertujuan menciptakan generasi soleh dan solihah yang pandai membaca Al-Qur’an serta menulis huruf-huruf Al-Qur’an dan menciptakan generasi yang mampu menelaah dan menjunjung tinggi setiap ajaran-ajaran islam baik yang bersifat perintah maupun larangan sesuai dalam kitab Al-Qur’an.
B.  Kiat-Kiat TPA AL-Furqan dalam Mengemas Materi Pembinaan Nilai-Nilai Keagamaan  
1.      Materi Pembinaan
Membina keagamaan bagi santriwan dan santriwati TPA Al-Furqan lebih difokuskan pada tiga bidang pembinaan materi kagamaan, sebab bidang tersebut sangat penting dalam membentuk kepribadian santriwan dan santriwati, disamping itu melalui pembinaan diharapkan santriwan dan santriwati dapat menjadi seorang santri yang shaleh dan shalekhah, selalu hidup dalam nilai-nilai agama yang telah didapat di TPA maupun dilingkungan sekolahnya. Bentuk dari pembinaan tersebut adalah:
a.       Pembinaan dalam bidang ibadah
Dalam pembinaan bidang ibadah, lebih ditekankanpada pembinaan masalah shalat dan puasa, yang mana para ustadz dan ustadzah menanamkan arti pentingnya shalatdan puasa kepada santri, agar santri dapat menjalankan serta melatih dirinya untuk melaksanakan shalat setiap hari dan puasa dibulan ramadhan, sehingga santri dapat memahami bahwa ibadah shalat maupun puasa merupakan suatu kebutuhan dan kewajiban bukan suatu paksaan, dimana santriwan dan santriwati akan merasa ikhlas dalam mengerjakannya.
Disamping itu upaya ustadz dan ustadzah dalam membina santriwan dan santriwati, dalam masalah shalat dengan cara member contoh dihadapan para santrinya, bagaimana shalat yang baik dan benar, setelah itu baru santri diberikan waktu untuk praktek shalat secara berjamaah yang diimami salah satu santri, dengan masih diawasi dan dibimbing para ustadz dan ustadzahnya. Selain itu para ustadz dan ustadzahnya menanamkan pembiasaan untuk shalat berjamaah di masjid, misalnya shalat maghrib.
Sedangkan tujuan dari pembinaan keagamaan dibidang ibadah ini adalah untuk membiasakan santriwan dan santriwati untuk selalu shalat lima waktu dan menjalankan puasa pada bulan ramadhan, dengan demikian santriwan dan santriwati dapat diarahkan untuk selalu menjalankan perintah Allah, selain itu shalat merupakan cara berkomunikasi dengan Allah (selalu berdo’a dan jika mengharapkan sesuatu hanya kepada Allah) sehingga dapat terhindar dari perbuatan keji dan mungkar.        
b.      Pembinaan dalam bidang akhlaq
Dalam pembinaan bidang akhlaq, santriwan dan santriwati diarahkan kepada berbagai macam kebaikan meliputi kebaika terhadap dirinya seperti yang menyangkut hal kebersihan diri, kerapian,kesehatan dan sebagainya.  Selain itu, para ustadz dan ustadzahnya juga memberikan pembinaan akhlak santri terhadap kedua orang tuanya (keluarga) dan dalam bermasyarakat(hidup  bersosial).
Upaya ustadz dan ustadzah dalam pembinaan akhlaq melalui cerita yang berkaitan dengan tokoh-tokoh muslim seperti sahabat-sahabat rasulullah, dan para cendikia muslim, dimana dalam cerita tersebut lebih ditekankan pada aspek akhlak mahmudahnya sehingga siswa akan mudah menyerap isi dari cerita dan poin-poin yang ditekankan. Dengan demikian diharapkan santriwan dan santriwati akan dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk.
Jadi tujuan dari pembinaan akhlaq ini agar santriwan dan santriwati dapat membiasakan diri berbuat baik kepada keluarga, orang lain dan memiliki sikap sopan santun, taat beribadah, jujur, mandiri, pemaaf, ikhlas, penolong dan sebagainya.

c.       Pembinaan dalam bidang akidah
Pembinaan bidang akidah diarahkan dengan cara pengenalan sifat-sifat Allah, pengenalan kitab serta menceritakan perjuangan rasulullah, dimana para ustadz dan ustadzahnya berusaha menjelaskan kepada santri secara satu persatu sifat-sifat Allah, misalnya dalam bentuk  lagu.sehingga akan lebih mudah bagi santriwan dan santriwati untuk mengingatnya.selain itu pengenalan kitab, usaha para ustadnya dengan cara menjelaskan kepada santriwan dan santriwati tentang seluk beluk Al-Qur’an yaitu sebagai hokum tertinggi (pegangan hokum islam) dan sekaligus sebagai penyempurna kitab-kitab sebelum Al-Qur’an dan sebagai kitab terakhir. Sedangkan usaha ustadz/ustadzah dalam pengenalan rasulullah, dengan menceritakan bagaimana kehidupan rasulullah dalam menyiarkan agama islam.
Sedangkan tujuan dari pembinaan akidah tersebut, supaya santriwan dan santriwati lebih merasakan kebesaran Allah dengan cara mengenal sifat-sifat Allah, mencontoh dari sifat-sifat rasulullah dan meyakini bahwa Al-qur’an kitab yang paling sempurna.

2.      Bentuk Materi Pembinaan
Pembinaan para santriwan dan santriwati TPA Al-Furqan dalam kaitannya dengan masalah nilai-nilai keagamaan berupa:
a.       Cerita
Yaitu mengenai kepemimpinan rasulullah,terutama menyangkut sikap-sikap rasulullah kepada sesama manusia, bahkan kepada tawanan atau musuh tetap berbuat baik. Hal tersebut diberikan dengan harapan agar santriwan dan santriwati selalu  mencontoh sikap rasulullah yang selalu berbuat baik kepada semua umat manusia.
b.      Pengenalan doa-doa harian
Pengenalan doa-doa harian ini diberikan kepada santrinan dan santriwati TPA Al-Furqon, supaya santriwan dan santriwati membiasakan diri apabila akan bekerja atau melakukan sesuatu selalu diawali dengan doa,sehingga secara perlahan-lahan akan menjadi kebiasaan yang baik bagi diri santriwan dan santriwati.
c.       Praktik shalat
Praktek shalat ini diberikan kepada santriwan dan santriwati,supaya santriwan dan santriwati dapat melakukan shalat secara baik dan benar,di samping itu praktek tersebut bertujuan agar santriwan dan santriwati membiasakan dirinya selalu berusaha shalat secara berjamaah.
d.      Hafalan  surat-surat pendek
Hafalan surat-surat pendek bertujuan agar santriwan dan santriwati selalu mengembangkan kemampuannya,tidak hanya membaca saja, tetapi santriwan dan santriwati berusaha menghafalkan ayat-ayat yang  ada dalam Al Quran.
e.       Baca tulis Al-Qur’an
f.       Sepedaan , Mabit, dan Tadabur alam
3.      Metode Pembinaan
Dalam pembinaan bagi santriwan dan santriwati TPA AL AMIN dalam bidang keagamaan,para ustadz maupun ustadzah telah menerapkan berbagai metode, sebagai berikut:
a.       Metode ceramah
Metode ini digunakan dalam menyampaikan materi atau isi yang berkaitan dengan nilai-nilai keagamaan kepada santriwan dan santriwati dengan cara menerangkan atau menjelaskan secara lisan, dengan diselingi dengan permainan atau lagu sehingga santriwan dan santriwati tidak cepat bosan dan dan dapat menerima materi dengan baik.
b.      Metode cerita
Metode ini digunakan untuk menyampaikan satu tujuan atau yang cenderung kepada penanaman bidang akidah kepada santriwan dan santriwati, yang mana ustadz/ustadzah berusaha menceritakan bagaimana perjuangan Rasulullah pada zaman dahulu, atupun dapat juga cerita lain yang bertujuan dalam penanaman bidang akhlak, yang tujuannya dapat membawa santriwan dan santriwati selalu berbuat baik, sopan, bakti kepada orang tua dan sebagainya.
c.       Metode Tanya Jawab
Metode ini dapat dikatakan sebagai kelanjutan dari metode ceramah dan metode kerja, hal tersebut bertujuan untuk memperdalam apa yang disampaikan oleh ustadz maupaun ustadzah,untuk mengetahui daya tangkap serta daya serap santriwan dan santriwati dalam menanggapi terhadap materi yang telah disampaikan oleh ustadz dan ustadzah,sehingga ustadz dan ustadzah dapat mengetahui akan masing-masing santrinya.
d.      Metode peragaan dan percontohan  
Metode ini sangat penting diterapkan oleh ustadz dan ustadzah, sebab metode ini merupakan metode penunjang untuk mempercepat proses pemahaman dan ingatan terhadap materi yang telah disampaikan oleh ustadz dan ustadzah memberikan peragaan atau contoh secara langsung di hadapan santriwan dan santriwati.

C.    Faktor-Faktor yang Mendukung dan Menghambat dalam kegiatan Belajar Keagamaan di TPA Masjid Shirothol Mustaqim
1.         Faktor Pendukung
Faktor-faktor yang mendasari dan sekaligus sebagai pendukung dalam pelaksanaan kegiatan belajar keagamaan di TPA Masjid Shirothol Mustaqim, diantaranya adalah:
a.       Adanya dorongan atau motivasi dari orang tua santriwan dan santriwati, untuk selalu mengikuti kegiatan di TPA.
b.      Adanya kelengkapan buku-buku yang berupa iqro’ bagi santriwan dan santriwati TPA dan Al-qur’an bagi santriwan dan santriwati TPA lanjutan.
c.       Tersedianya fasilitas yang ada dan cukup memadahi, sehingga proses kegiatan belajar keagamaan di TPA Masjis Shirothol Mustaqim berjalan dengan baik.
d.      Kesungguhan santriwan dan santriwati dalam belajar keagamaan di TPA Masjid Shirothol Mustaqim sehingga mereka selalu aktif dalam mengikuti egiatan tersebut.
2.    Faktor-faktor penghambat
Adapun faktor-faktor yang menghambat proses kegiatan belajar keagamaan di TPA Masjid Shirothol Mustaqim, diantaranya adalah :
a.         Kedisiplinan ustadz dan ustadzah yang kurang, sehingga jam masuk pelajaran TPA menjadi molor.
b.        Kurangnya kesadaran bagi orang tua santriwan dan santriwati dalam masalah infaq.
c.         Tidak semua orang tua santriwan dan santriwati mengerti tentang pentingnya belajar keagamaan di TPA.

BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari uraian pada bab-bab sebelumnya yang peneliti peroleh dari hasil penelitian, yang kemudian dikelompok-kelompokan untuk selanjutnya di analisa, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan atas peranan guru TPA dalam melaksanaan kegiatan belajar keagamaan di TPA Masjid Shirothol Mustaqim, yaitu sebagai berikut:
1.      Peran Guru TPA yaitu guru yang mampu menciptakan generasi qur’ani serta menjunjung tinggi terhadap agama yang telah mereka anut.
2.      Peran Guru TPA yaitu dapat melatih serta membimbing anak-anak untuk selalu disiplin dalam semua bidang pekerjaan terutama dalam bidang sholat 5 waktu.
3.      Dengan adanya peran Guru TPA , dapat menjadi tempat anak-anak memanfaatkan waktu luangnya untuk belajar keagamaan.
4.      Dalam upaya pembinaan keagamaan baagi santriwan dan santriwati, para ustadz dan ustadzah telah memberikan metode-metode yang mudah ditangkap oleh santriwan dan santriwati.
5.      TPA merupakan tempat pemberian materi keagamaan yang sangat tepat untuk diberikan kepada santriwan dan santriwati sehingga dapat menjadikan santriwan dan santriwati dapat menjadi santri yang sholih dan sholikhah.
6.      Adanya faktor-faktor yang sangat mendukung dalam proses belajar keagamaan di TPA Masjid Shirothol Mustaqim. Sehingga pelaksananya dapat berjalan dengan baik.
B.     Saran-saran
Taman Pendidikan Al-Qur’an merupakan salah satu bentuk sarana sebagai tempat belajar kegiatan keagamaan bagi anak-anak, yang mana anak-anak secara bertahap mulai diperkenalkan dan diberi bimbingan masalah nilai-nilai keagamaan. Hal ini merupakan modal awal yang sangat besar khususnya bagi orang tua dan bangsa Indonesia pada umumnya karenan melalui TPA anak-anak mulai dibina supaya dalam diri anak-anak tumbuh kesadaran beragama serta penghayatan keagamaan bagi anak-anak, selain itu keberadaab TPA dapat menciptakan anak-anak sebagai seorang yang sholeh dan sholikhah, yang dapat menumbuhkan suatu generasi muda yang dapat diandalkan yang memiliki ketahanan mental dan spiritual yang tinggi, ditengah-tengah pengaruh budaya dan informasi yang bebas. Berkaitan dengan peran guru TPA tersebut, maka keberadaan TPA ditengah-tengah masyarakat perlu dioptimalkan dari segi sarana serta fasilitas maupun dari segi pembinaannya dalam rangka mewujudkan suatu generasi yang sholih dan sholikhah.
C.     Penutup
Dengan memanjatkan segala puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufiq serta hidayah kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelasaikan tugas mata kuliah pengembangan penelitian ini dengan baik tanpa suatu halangan dan rintangan.
Peneliti menyadari akan segala keterbatasan yang ada pada diri peneliti, dimana masih banyak kekurangan-kekuranganya. Untuk itu kepada dosen pengampu mata kuliah pengembangan penelitian, peneliti mengharap kritik dan saran.
Akhir kata, hanya kepada Allah semata peneliti memohon petunjuk serta perlindungan, dan peneliti berdo’a semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi para pembaca umumnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberadaan peran  guru TPA mempunyai peranan yang penting, untuk membentuk kepribadian anak menjadi anak yang sholih dan sholikhah yang selalu berjalan dalam norma-norma agama yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, yang mana keberadaan peran guru TPA dapat merubah sikap dan pola hidup mereka jadi terarah dan ini juga sangat membantu tugas serta kewajiban orang tua dalam mendidik putra/putri dalam bidang keagamaan.
Demikian data-data yang telah mereka sajikan dalam bentuk gambaran dari semua bentuk kegiatan yang ada di TPA Masjid Shirothol Mustaqim serta tabel-tabel yang berisi pendapat para santriwan dan santriwati yang berkaitan dengan perkembangan mereka setelah masuk TPA Masjid Shirothol Mustaqim.

DAFTAR PUSTAKA.
Moleong L.J., 1998, Metodologi penelitian kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sudijono S, 1987, Pengantar Statistik Pendidikan, Rajawali Pers, Jakarta.
Surin B., 1978, Terjemah dan Tafsir Al-Qur’an, Firma Sumatra, Bandung.