Oleh
:
Hikmah,S.Pd.I
Magister Studi Islam/ Psikology Pendidikan Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2013
ABSTRAK
Peran sebuah
guru dalam menanamkan nilai-nilai moral kepada anak didiknya sangat diperlukan,
tidak lain halnya Guru TPA Al-Furqon dalam mengajar santriwan dan santriwatinya
juga harus menanamkan serta menerapkan
nilai-nilai keagamaan dalam proses pembelajaran. Untuk mengetahui sejauh mana
peran guru TPA dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan dalam proses pembelajaran,
maka dilakukan penelitian yang bersifat diskriptif kwalitatif kwantitatif.
Subjek penelitian ini adalah Guru TPA/ Ustadz dan Ustadzah TPA yang berjumlah 6 orang serta Santriwan dan
santriwati TPA yang berjumlah 10 orang. Peran guru sebagai pendidik (nurturer)
merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas membri bantuan dan
dorongan (supporter) tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta
tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi
patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan
masyarakat.
Kiat –kiat guru
TPA Al-Furqon dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan yaitu meliputi tiga bidang
yaitu bidang ibadah, bidang aqidah dan bidang akhlaq. Faktor-faktor penghambat
peran guru dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan di TPA Al-Furqon, diantaranya
adalah : kedisiplinan ustadz dan ustadzah yang kurang, kurangnya kesadaran bagi
orang tua santriwan dan santriwati dalam masalah infaq, tidak semua orang tua
santriwan dan santriwati mengerti tentang pentingnya belajar keagamaan di TPA.
Faktor-faktor pendukung adanya motivasi sarana dan prasarana untuk belajar
serta Kesungguhan santriwan dan santriwati dalam belajar keagamaan di TPA
Al-Furqon sehingga mereka selalu aktif
dalam mengikuti kegiatan tersebut
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latarbelakang
Masalah
Pada awal berkembanganya Agama Islam di Indonesia, pendidikan Islam
dilaksanakan secara informal. Seperti yang telah kita ketahui bahwa Agama Islam
datang ke Indonesia dibawa oleh para pedagang muslim. Disamping berdagang
mereka menyiarkan Agama Islam kepada orang-orang yang ada disekitarnya yaitu
mereka yang sedang membeli barang-barang dagangannya.
Dan disetiap
ada kesempatan mereka tidak menyia-nyiakan untuk memberikan pendidikan dan
ajaran Agama Islam.
Didikan dan ajaran Islam diberikan dengan perbuatan, dengan contoh
dan suri teladan. Sehingga dapat menghasilkan siswa yang berprilaku sopan
santun, ramah tamah, tulus ikhlas, amanah dan kepercayaan, pengasih dan
pemurah, jujur dan adil, menepati janji serta menghormati adat istiadat anak
negeri. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin canggih, semakin modern.
Ilmu pengetahuan dan tehnologi dewasa ini berkembang dengan lajubegitu cepat.
Oleh kerana itu, pendidikan seharusnya dapat menyesuaikan diri dan bahkan dapat
memberikan sumbangan terhadap perkembangan dan ilmu pengetahuan.2 Namun realita
dilapangan sering kita jumpai disekitar lingkungan para siswa, mahasiswa bahkan
masyarakat, mereka mendekati atau bahkan ikut terlibat didalamnya, yakni
melakukan hal-hal yang menyimpang dari normanorma susila dan tidak jarang
menyimpang dari nilai-nilai Agama. Sering kali mereka berdalih, bahwa yang ia
lakukan itu adalah sesuatu yang modern. Seperti belakangan ini kita jumpai
dimedia cetak maupun elektronik, misalnya pakaian yang mengundang birahi,
perampasan hak, perkosaan, pencurian, penggunaan obat terlarang, minum-minuman
keras, dan sebagainya. Ditambah lagi dengan adanya berbagai tindakan yang tidak
etis yang dipertontonkan oleh para pejabat dan tokoh masyarakat yang hampir
merajalela diberbagai sektor kehidupan, mengakibatkan runtuhnya martabat bangsa
ini.
Moral telah dirasakan sangat mengglobal seiring dengan tata nilai
yang dengan tata nilai yang sifatnya mendunia. Dibelahan bumi manapun kerap
kali dapat disaksikan berbagai gaya hidup yang bertentangan dengan etika dan
nilai Agama. Berbagai pendekatan telah dan sedang dilakukan untuk menyelamatkan
peradaban manusia dari rendahnya perilaku moral. Pentingnya pendidikan akhlak
bukan dirasakan oleh masyarakat yang mayoritas penduduknya beragama Islam saja,
tapi kini sudah mulai di terapkan di
berbagai Negara. Di Jerman misalnya, pelajaran Agama Islam juga masuk pada
kurikulum sekolah mereka.
Masalah-masalah dekadensi moral dapat kita lihat seperti; 1)
kebebasan seks yang menimpa sebagaian besar Negara-negara di dunia didukung,
dihidupkan dan dipromosikan oleh media media masa barat. Barat
mensosialisasikan kebebasan seks ini melalui seminar-seminar yang mengizinkan
praktik prostitusi, aborsi dan sodomi dengan argumen yang sangat rapuh, yaitu
mengatasi pertumbuhan penduduk, 2) beredarnya obat-obat terlarang dengan
berbagai jenisnya, perluasan dan tempat pemasarannya, dan peningkatan teknik
produksi dan promosinya, 3) meluasnya kriminalitas dengan berbagai ragamnya, baik
yang bersifat pribadi maupun sosial, bahkan tingkat dunia, 4) merajalelanya
penculikan anak-anak, wanita dan orang dewasa, serta pembajakan pesawat atau
kapal laut, 5) adanya Undang-undang yang dirumuskan oleh badan-badan dunia yang
memihak negara-negara kuat untuk menguasai negara-negara lemah. Selain
dekadensi moral, juga terjadi dekadensi akidah seperti maraknya perdukunan yang
menyeret seseorang kepada kesyirikan, karenanya haruslah diluruskan dengan
melalui pendidikan Agama yang benar.
Sebenarnya bangsa ini telah banyak melahirkan anak-anak bangsa yang
berstatus Sarjana bahkan Doktor dan Profesor. Akan tetapi yang bermental sehat
hanya seribu satu dari jutaan penduduk bangsa ini. Kepandaian yang mereka
miliki hanya sebatas pengetahuan dan pencapaian target nilai, sedangkan dalam
hal aplikasi, masih dipertanyakan. Padahal menurut Mulyasa ada 4 kondisi
belajar yang harus dikembangkan yaitu Iearning to Know, Learning to
Do, Learning Live Together dan Learning to Be.
Hal ini menunjukkan indikasi bahwa pendidikan Agama yang berlangsung
selama ini belum memberikan hasil yang optimal dan sesuai sasaran. Ternyata
ilmu dan tehnologi tidak mampu memberikan makna peningkatan kecerdasan
yang sebenarnya, kalau tidak disertai dengan pendidikan Agama yang
kokoh. Untuk itu, disinilah pentingnya pendidikan dan pembelajaran Agama
diberikan sejak dini, agar mereka mempunyai kesadaran nilai-nilai Agama
yang tinggi. Sehingga sesuai dengan tujuan akhir dari suatu pendidikan yaitu
pembentukan insan kamil dengan pola taqwa, sebagai mana
dijelaskan dalam Al-Qur`an surat Ali-‘Imran (3) ayat 102:
Oleh karena itu, Peneliti menganggap pelanggaran-pelanggaran
tersebut disebabkan ketidakpahaman mereka terhadap nilai-nilai Agama, yang
terkandung dalam al-Qur`an dan al Hadits. Sedangkan al-Qur`an sendiri sudah
menjelaskan. Dalam surat al-Baqarah (2) ayat: 2:
Al-Qur'an secara ilmiah merupakan firman Allah yang disampaikan
oleh malaikat Jibril yang mengandung mu’jizat, diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW, yang tertulis dalam mushaf dan diterima oleh umatnya secara mutawatir
(memenuhi persyaratan keabsahan suatu berita) dan bernilai ibadah dalam
membacanya.
Dari sini dapat memperoleh gambaran bahwasanya isi al-Qur'an
mengandung kebenaran mutlak tanpa diragukan adanya, penyelewengan maupun
ketidaksempurnaan. Al-Qur'an itu kaya akan informasi dan ilmu yang baik mengenai
manusia maupun alam semesta, karena itu al-Qur'an juga merupakan pedoman hidup
bagi manusia.
Al-Qur'an merupakan sumber ilmu pengetahuan bagi manusia yang dapat
membimbing dan menuntun manusia ke arah jalan yang lurus, jalan keselamatan dan
kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Islam dalam al-Qur'an
menyatakan bahwa al-Qur'an itu mudah untuk dipelajari, dianalisis dipahami yang
kemudian direalisasikan dalam bentuk perbuatan hanya bagi orang-orang yang
bersungguh-sungguh dan bertaqwa.
Allah berfirman dalam surat ke 54: Al Qamar
ayat 17:
Ayat di atas mengisyaratkan pada kaum muslimin untuk mempelajari makna
yang terkandung di dalamnya sehingga dapat dijadikan pelajaran, tentunya dalam
pemahaman terhadap al-Qur'an ini tidak sekaligus, melainkan dimulai dengan
belajar membaca al-Qur'an dengan fashih dan tartil.8
Untuk merangsang minat belajar membaca al-Qur'an sebaiknya dimulai
sejak dini, karena pada usia itu kemampuan manusia untuk menerima ilmu luar biasa
sehingga dapat memberikan hasil yang optimal.
Disamping itu anak merupakan amanat dari Allah yang dianugerahkan
kepada orang tua yang nantinya akan dimintai pertanggungjawaban terhadap segala
sesuatu dan tindak tanduk yang dilakukan oleh anak tersebut. Untuk mewujudkan
generasi yang memahami dan mengamalkan al- Qur'an perlu mempersiapkan sedini
mungkin dan membiasakan membaca al- Qur'an secara tartil agar mendapat
petunjuk-Nya. Sebab al-Qur'an adalah pokok pelajaran dan yang paling pertama
diajarkan kepada anak-anak, karena al-Qur'an merupakan sumber dari segala
sumber ilmu pengetahuan.
Dalam masalah belajar mengajar al-Qur'an diperlukan pengelolaan
yang serius dan proporsional, baik dari segi pemilihan strategi dan metode yang
profesional agar tercapai tujuannya. Selain itu, tenaga pendidiknya harus
bijaksana dalam memilih metode dengan mempertimbangkan kelemahan dan juga
kelebihan sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh anak tersebut. Sebagaimana
firman Allah dalam surat ke 75: Al Qiyamah ayat 16-18,
sebagai berikut:
Ayat tersebut menunjukkan bahwasanya penguasaan materi al-Qur'an
dapat dijadikan sebagai landasan untuk mengerjakan ajaran Islam, serta
mempertebal rasa keimanan seorang muslim. Sementara itu kebanyakan generasi
muda masih belum mampu membaca al-Qur'an secara baik, apalagi memahaminya.
Untuk menanggulangi masalah ini sudah banyak jalan yang ditempuh,
seperti pembelajaran al-Qur'an di mushalla, masjid dan rumah, akan tetapi
hasilnya belum memuaskan, karena pengelolaannya masih belum terkoordinir secara
baik, maka lahirlah apa yang dikenal dengan sebutan “Taman Pendidikan Al Qur’an
(TPA).”
Taman pendidikan Al-Qur’an merupakan salah satu bentuk pendidikan
di jalur non formal dalam masyarakat yang bercirikan Islami. Menurut Chairani
TPA adalah sebuah sistem dan sarana pelayanan keagamaan yang dirancang khusus
bagi anak-anak dan remaja muslim.9
Maka TPA Masjid Shirothol Mustaqim yang berada di Ngebel Kasihan
Bantul Yogyakarta ini berusaha mengintensifkan kegiatannya, yang
memang secara profesional telah mengikuti terhadap apa yang telah tercanang
dalam buku pedomannya, dan institusi ini akan terus ditingkatkan agar dapat
mencetak generasi yang berkualitas dan berakhlak mulia.
Dalam pembelajarannya, TPA Masjid Shirothol Mustaqim tidak hanya mengajarkan membaca al-Qur'an
kepada para siswa, tetapi juga mengajarkan tentang nilai-nilai ajaran Islam
baik yang menyangkut aqidah, ibadah maupun akhlak. Karena fungsi pendidikan
Agama Islam diantaranya ialah penanaman nilai-nilai, yang nantinya dapat
dijadikan pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.10
Itulah sebabnya dirasa sangat penting untuk memberikan pengantar atau
dasar-dasar tentang Islam kepada para siswa.
Berlatar belakang uraian tersebut di atas, penulis ingin meneliti
tentang “Peran Guru TPA Dalam
Menanamkan Nilai-Nilai Keagamaan di TPA Al-Furqon”
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
peran guru TPA dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan di TPA Al-Furqon ?
2.
Bagaimana
kiat-kiat Guru TPA Al-Furqon dalam
mengemas materi dalam pembinaan keagamaan?
3.
Faktor
apa saja yang mendukung dan menghambat pembinaan peranan Guru TPA Al-Furqon ?
C.
Tujuan Penelitian
1.
Untuk
mengetahui peran guru TPA dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan di Al-Furqon ?
2.
Untuk
mengetahui kiat-kiat Guru TPA Al-Furqon dalam
mengemas materi dalam pembinaan keagamaan?
3.
Untuk
mengetahui Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pembinaan peranan Guru
TPA Al-Furqon ?
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan
penelitian ini adalah :
1.
Secara
Teoritis
Bagi pendidikan luar sekolah, TPA Al-Furqon sebagai tambahan
informasi untuk memudahkan dan memperlancar serta mengembangkan mutu
pendidikan.
2.
Secara
Praktis
Bagi Takmir, Guru TPA, dan semua pihak yang terkait, sebagai
sumbangan pemikiran dalam menentukan upaya yang dilakukan guru dalam menanamkan
nilai-nilai Agama di TPA Al-Furqon.
E.
Tinjauan Pustaka
Menurut
Erna Yulianti dalam penelitiannya yang berjudul “Peranan Guru Agama Islam Dalam
Mengatasi Pelanggaran Indisipliner siswa SMK Muhammadiyah 1 Playen Tahun Ajaran
2009/2010”. Mengemukakan bahwa peran dan tanggung jawab guru pendidikan agama
islam yang hubungannya dengan membina siswa utamanya dalam mengatasi
pelanggarab indisipliner yang bertujuan untuk menciptakan siswa didik yang
patuh terhadap tata tertib serta untuk menciptakan perkembangan dan kemajuan
sekolah sehingga tercipta sekolah yang berkuatitas, dan disiplin.
Sedangkan
menurut penelitian Ismail yang berjudul “Peranan Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam Mengatasi Kasusu Narkoba di SMU UUI Yogyakarta “ Mengemukakan bahwa usaha
guru pendidikan agama islam dalam memberikan pembinaan pada siswa yang terlibat
kasus narkoba di SMU UII Yogyakarta agar bisa membangun mental akal dan pikiran
dengan memberikan ajaran-ajaran atau nilai-nilai islami yang terkandung dalam
ajaran islam terhadap penanggulangan penyalah guanaan narkoba.
Kemudian
penelitian Muntamah yang berjudul “ Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Pembentukan Perilaku Keagamaan Pada Siswa SLTP N 1 Tretep Temanggung.” Mengemukakan
bahwa bagaimana pentinggnya peran guru dalam membentuk perilaku keagamaan para
siswa, terlebih siswa pada tarap perkembangan remaja awal yang memang sedang
membutuhkan bimbingan dan arahan supaya mereka tidak terjerumus kedalam hal-hal
yang negatif.
Dari
penelitian-penelitian sebelumnya terdapat perbedaan yang mendasar diantaranya
perbedaan sumber penelitian, pembahasan penelitian, dan tempat penelitian.
Sedangkan dalam penelitian ini penulis menakankan pada peran guru TPA dalam
menanamkan nilai-nilai keagaman di Masjid Shirothol Mustaqim.
F.
Kerangka Teoritik
1.
Peran
Guru
a.
Pengertian
Peran
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) peran berarti
seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di
masyarakat.
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang
berkaitan dengan tugas-tugas membri bantuan dan dorongan (supporter)
tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang
berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap
aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat.
Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak
untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan
kesehatan jasmani, bebas dari orang tua,dan orang dewasa lain, moralitas dan
tanggung jawab kemasyarakatan,pengetahuan dan keterampilan dasar,persiapan
untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan dan hal-hal yang
bersifat personal dan spiritual.
Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemelihara
anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap
aktifitas anak-anak agar tingkah laku anak tidak menyimpang denan norma-norma
yang ada.
2.
Macam-macam
Peran Guru
a.
Peran
guru sebagai model atau contoh bagi anak
Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau
model baginya. Oleh Karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau
tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-nora yang dianut oleh
masyarakar,bangsa dan Negara. Karena nilai dasar Negara dan bangsa Indonesia
adalah Pancasila,maka ingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh
nilai-nilai pancasila.
b.
Peran
guru sebagai pengajar dan pembimbing dala pengalaman belajar
Setiap guru harus memberikan pengetahuan,keterampilan dan
pengalaman lain diluar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan
kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual
dan meilih pekerjaan di masyrakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggung
jawab sosial tingkah laku social anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut
di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nlai-nilai hidup yang
dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar
untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya
lebih lanjut.
c.
Peran
guru sebagai pelajar (leamer).
Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan
agar supaya pengetahun dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada
pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas professional, tetapi juga
tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.
d.
Peran
guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan.
Seorang guru diharapkan dapat membantu dalam mengembangkan
kemampuannya. B antuan dapat secara langsung melalui petemuan-pertemuan resmi
maupun pertemuan insidental.
e.
Peranan
guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat.
Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di
segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada
bidang-bidang yang dikuasainya.
f.
Guru
sebagai administrator.
Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga
sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu
seorang guru dituntut bekerja administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam
kegiatannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab
administrasi yang dikerjakan seperti memmbuat rencana mengajar, mencatat hasil
belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharaga bahwa ia telah
melaksanakan tugasnya dengan baik
3.
Kajian
Tentang TPA
a.
Pengertian
TPA
Taman pendidikan al-Qur`an merupakan
salah satu bentuk pendidikan di jalur non formal dalam masyarakat yang
bercirikan Islam Dalam buku “Pedoman PPTKA-BKPRMI” definisi TPA adalah:
“TKQ/TPA adalah sebuah sistem dan
sarana pelayanan keagamaan yang dirancang khusus bagi anak-anak dan remaja
muslim. Dirancang berdasarkan ujicoba dan pengalaman yang cukup lama”.81
Untuk pelayan pendidikan Agama
secara optimal berdasarkan pengalaman para pelaksana pendidikan Agama, maka
pembagian tingkatan disesuiakan dengan pengertian TKQ/TPA, sebagai berikut:
1)
TKQ
merupakan pendidikan keagaman tahap awal yang dimulai sejak anak berumur 4-6
tahun, dengan masa berlajar 6 hari dalam seminggu dan penyajian materi 75%
dengan BCM (Bermain Cerita Bernyanyi).
2)
TPA
merupakan pendidikan keagamaan menengah yang dimulai sejak berumur 7-12 tahun
dengan masa belajar 3-4 hari dalam semingu danpenyajian materi 50% dengan BCM.
4.
Nilai
–Nilai Keagamaan
a.
Pengertian
Nilai-nilai keagamaan terdiri dari
dua kata yaitu kata nilai dan kata keagamaan. Nilai itu sendiri adalah hahikat suatu
hal yang menyebabkan hal itu di kejar oleh manusia. Nilai juga berarti
keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya.
Dengan demikian nilai dapat dirumuskan sebagai
sifat yang terdapat pada sesuatu yang menempatkan
pada posisi yang berharga dan terhormat yakni bahwa sifat ini menjadikan
sesuatu itu dicari dan dicintai, baik dicintai oleh satu orang maupun
sekelompok orang, contoh hal itu adalah nasab bagi orang-orang terhormat
mempunyai nilai yang tinggi, ilmu bagi ulama` mempunyai nilai yang tinggi dan
keberanian bagi pemerintah mempunyai nilai yang dicintai dan sebagainya.
Sedangkan keagamaan adalah hal-hal yang bersifat agama.
Sehingga nilai-nilai Keagamaan berarti nilai-nilai yang bersifat agama.
b. Macam-Macam Nilai Keagamaan
Menurut Nurcholish Madjid, ada bebrapa
nilai-nilai keagamaan mendasar
yang harus ditanamkan pada anak dan kegiatan menanamkan nilai-nilai pendidikan
inilah yang sesungguhnya menjadi inti pendidikan keagamaan. Di antara
nilai–nilai yang sangat mendasar itu ialah:
a. Iman, sikap batin yang penuh kepercayaan
kepada Tuhan
Adapun iman terdiri dari enam yaitu iman
kepada Allah, iman kepada Nabi dan Rasul, Iman kepada Malaikat, iman kepada
kitab, iman kepada hari akhir, dan iman kepada hari kiamat
b. Islam, yaitu sikap pasrah dan taat terhadap
aturan Allah
Islam mempunnya rukun yang wajib untuk
dilaksanakan yaitu syahadat, sholat, puasa, zakat, dan haji bagi yang mampu.
c. Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam - dalamnya bahwa Allah senantiasa
hadir bersama kita dimana saja berada sehingga kita senantiasa merasa terawasi.
d. Taqwa, yaitu yaitu sikap yang sadar bahwa
Allah selalu mengawasi kita sehingga kita hanya berbuat sesuatu yang diridlai
Allah dan senantiasa menjaga diri dari perbuatan yang tidak diridlai –Nya.
e. Ikhlas, yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan semata – mata
demi memperoleh ridla Allah.
f. Tawakkal, yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah dengan
penuh harapan kepada-Nya dan keyakinan bahwa dia akan menolong dalam mencari
dan menemukan jalan yang terbaik.
g. Syukur, yaitu sikap penuh rasa terima kasih dan penghargaan atas
segala nikmat dan karunia yang tidak terbilang banyaknya.
h. Sabar, yaitu sikap tabah menghadapi segala kepahitan hidup, besar
dan kecil, lahir dan batin, fisiologis maupun psikologis.
G.
Metodologi Pnelitian
1.
Subjek
Penelitian
Subjek penelitian yaitu aspek-aspek yang dijadikan untuk bahan
penelitian. Dalam penelitian ini subjek yang diteliti yaitu guru TPA, Ustadz,
Ustadzah dan para santri atau siswa TPA.
2.
Metode
Pengumpulan Data
a.
Wawancara
Metode ini dipergunakan untuk mendapatkan data dengan
cara Tanya jawab langsung dengan
guru TPA.
b.
Angket
Angket atau
kuisioner adalah pertanyaan –pertanyaan
yang diberikan kepada santri TPA dengan tujuan santri memberi respons
yang sesuai dengan permintaan peneliti. Angket tersebut dipergunakan untuk
memperoleh data yang konsiten tentang
sejauh mana peran guru TPA menanamkan nilai-nilai keagamaan.
c.
Observasi
Observasi
adalah pengamatan yang meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek
dengan menggunakan alat indra (Suharsimi Arikuntoro, 1996:145).
d.
Dokumentasi
Dokumentasi
adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa, meneliti benda-benda tertulis seperti
buku-buku dan arsip-arsip yang
dimiliki TPA Masjid Shirothol Mustaqim. (Suharsimi Arikuntoro,1996: 274)
3.
Teknik
Analisis Data
Jenis penelitian ini kwantitatif kwalitatif yaitu bersifat
diskriptif .
a.
Data
Non Statistik
Data kualitatif diskriptif yaitu data yang disajikan dalam bentuk
kata verbal, bukan disajikan dalam bentuk angka. Selanjutnya menganalisis data
melalui alur fikir induktif dan deduktif.
1.
Pola
fikir induktif yaitu pola fikir dari empiris dan mensabstraksikan hal-hal yang
bersifat khusus umum.
2.
Pola
fikir deduktif yaitu mencari konsep yang lebih umum kefikir mencari hal-hal
yang lebih spesifik atau konkrit umum kepada yang khusus.
b.
Data
Statistik
P = F/Nx100%
P = Hasil persentase
F = Frekuensi jawaban
N = Jumlah frekuensi atau banyaknya
individu
100% = Bilangan konstanta
(Anas
Sudijono,1996:40-41).
BAB II
GAMBARAN UMUM TPA MASJID SHIROTHOL MUSTAQIM
A.
Letak
Geografis
1.
Letak
Geografis
TPA Masjid Shirothol Mustaqim terletak di :
Desa : Ngebel
Kecamatan : Kasihan
Kabupaten : Bantul
Propinsi :
Daerah Istimewa Yogyakarta
Adapun batas-batas keliling TPA Masjid Shirothol Mustaqim yakni:
Sebelah utara : Perumahan warga
Sebelah timur : Jalan umum
Sebelah selatan : Perumahan warga
Sebelah barat : Perumahan warga
2.
Kependudukan
3.
Pendidikan
4.
Ekonomi
5.
Kondisi
Keagamaan
B.
TPA
1.
Sejarah
berdiri dan berkembangnya TPA
TPA Masjid Shirothol Mustaqim berdiri pada tanggal 02 Mei yaitu bertujuan untuk menghidupkan masjid
,dan agar anak-anak belajar agama untuk mendapatkan pendidikan yang lebih di
lingkungan masyarakat.
2.
Struktur
Organisasi
Ketua :
Penasehat :
Penanggung jawab :
Sekretaris :
Bendahara :
3.
Personalia
TPA
a.
Ustadz
Ustadzah : Berjumlah 7 orang yang
terdiri dari, 2 orang ustadz dan 5 orang ustadzah yang mana latar belakang
pendidikan mereka ada yang sudah bekerja, masih sekolah SMP,SMA dan Mahasiswa
kuliah.
b.
Santriwati/wan : Berjumlah kurang lebih 50, namun
yang aktif hanya berjumlah 20 orang santriwati/wan.
c.
Pengurus
: Aziz Hasan, Annisa,
d.
Sarana
dan Prasarana :
Fasilitas tempat atau gedung berada di dalam masjid Shirothol
Mustaqim dan kadang-kadang outdoor (di TK, SD, UMY)
Sarana belajar mengajar yaitu dengan menggunakan iqro’, Al-Qur’an,
meja, dan buku-buku ceritra islami atau teladan
BAB
III
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Peranan
Guru TPA dalam Pembinaan Nilai-Nilai Keagamaan
Setelah mengadakan penelitian
terhadap kegiatan yang ada di TPA Masjid Shirothol Mustaqim, maka peneliti
dapat mengetahui keadaan dan hasil dari pembinaan, khususnya yang berkaitan
dengan peran guru TPA bagi santriwati dan santriwan.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang
peran guru TPA dibwah ini akan diuraikan berbagai pendapat dari ustadz dan ustadzah
berkaitan dengan perannya sebagai berikut:
1.
Membina
anak-anak, baimana cara melaksanakan sholat yang baik dan benar.
Tujuan dari didirikannya TPA adalah
salah satunya untuk membina anak-anak dalam masalah sholat, yang mana anak-anak
atau santriwan dan santriwati mulai dilatih untuk melaksanakan sholat dengan
baik dan benar. Serta saat akan melaksakan solat secara rutin terutama pada
saat santriwan santriwati berada di rumah.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang
baimana santriwan dan santri dalam melaksanakan sholat selama mereka
melaksanakan sholat dirumah, dapat dilihat pada table 1.1 berikut yang berisi
pendapat dari santriwan dan santriwati melalui angket.
Tabel 1.1 tentang sholat soal, 1,2
Alternatif
Jawaban
|
Frekuensi (F)
|
Presentase
(P)
|
Ya, selalu
rutin
|
9
|
45 %
|
Kadang-kadang
|
9
|
45 %
|
Tidak sama
sekali
|
2
|
10 %
|
Jumlah
|
20
|
100 %
|
Berdasarkan table 1.1 tersebut telah
menunjukkan dari 10 santriwan dan santriwati menjadi responden terdapat
sebagian kecil dari santriwan dan santriwati yang menjalankan sholat secara rutin,
yaitu jumlah frekuensi 9 responden (45 %). Sedangkan santriwan dan santriwati
dalam melaksanakan shalat ada kalanya rutin dan masih dipaksa, tapi ada kalanya
mereka melaksanakan sholat atas kemauan sendiri mempunyai frekuensi sebanyak 9
responden (45 %). Dan santriwati dan santriwan yang tidak melaksanakan sholat
sama sekali mempunya frekueinsi sebanyak 2 responden (10 %).
Dari uraian tersebut maka dapat
diambil kesimpulan, bahwa keberadaan guru TPA mempunya peran yang cukup penting
dalam membimbing anak-anak untuk melaksanakan sholat dan pribadi anak-anak menjadi
lebih baik dalam menjalankan sholat.
Sedangkan untuk mengetahui apakah
santriwan dan santriwati dapat melaksanakan sholat berjama’ah atau tidak dapat
dilihat pada table 1.2
Tabel 1.2 tentang sholat jama’ah soal, 3
Alternatif
Jawaban
|
Frekuensi (F)
|
Presentase
(P)
|
Ya, selalu
rutin
|
4
|
40%
|
Kadang-kadang
|
6
|
60%
|
Tidak sama
sekali
|
0
|
0 %
|
Jumlah
|
10
|
100 %
|
Dari uraian tersebut maka dapat
diambil kesimpulan, bahwa keberadaan guru TPA mempunya peran yang cukup penting
dalam membimbing anak-anak untuk melaksanakan sholat berjama’ah serta dapat
melaksanakannya secara rutin.
2.
Membina
santriwan dan santriwati selalu aktif berpuasa dibulan ramadhan.
Selain dalam bidang sholat, santriwan dan santriwati juga dilatih
untuk melaksanakan ibadah puasa terutama pada bulan suci romadhon secara aktif,
dengan tujuan: selain melaksanakan ibadah, para santriwan dan santriwati dapat
melaksanakan bagaimana penderitaan orang-orang miskin yang kelaparan, sehingga
dari pribadi santriwan dan santriwati tertanam rasa kasih saying kepada sesama
manusia, melatih untuk mengekang hawa nafsu, seperti nafsu haus dan lapar serta
dapat menghindari perbuatan keji dan munkar. Hal tersebut didukung oleh
pendapat mereka yang telah dikelompokkan dan telah disatukan dalam tabel 1.3.
Tabel 1.3 tentang puasa soal, 4,5
Alternatif
Jawaban
|
Frekuensi (F)
|
Presentase
(P)
|
Ya, selalu
rutin
|
12
|
60 %
|
Kadang-kadang
|
6
|
30 %
|
Tidak sama
sekali
|
2
|
10 %
|
Jumlah
|
20
|
100 %
|
Tabel tersebut menunjukan hampir
dari sebagian sampel yang telah ditetapkan, santriwan dan santriwati TPA Masjid
Shirothol Mustaqim dalam melaksanakan ibadah puasa pada bulan suci ramadhan
dapat mencapai sehari penuh dan genap selama satu bulan, dengan jumlah
frekuensi sebanyak 12 responden (60%). Sedangkan bagi santriwan dan santriwati
yang dalam melaksanakan ibadah puasa dapat bertahan sampai setengah hari dan
tidak genap sampai satu bulan mempunyai jumlah frekuensi sebanyak 6 responden
(30%) . Adapun jawaban untuk alternative tidak sama sekali dalam tabel tersebut
mempunyai frekuensi sebanyak 2 responden (10%).
Dari uraian tersebut dapat
disimpulakan, bahwa keberadaan TPA sangat berperan untuk membimbing santriwan
dan santriwati untuk aktif melaksanak ibadah puasa dibulan ramadhan.
3.
Membina
santriwan dan santriwati untuk selalu patuh dan berbakti pada orang tua.
Selain bidang-bidang keagamaan,
keberadaan TPA juga membina serta melatih para santriwan dan santriwati untuk
menghormati dan selalu patuh kepada kedua orang tua, adanya pembinaan tersebut
sangat membantu orang tua santriwan dan santriwati yang mana santriwan dan
santriwati menjadi patuh dan suka membantu.
Untuk mengetaui lebih jauh tentang
bagaimana sikap santriwan dan santriwati terhadap kedua orang tuanya selama
mereka berada dirumah dapat dilihat pada tabel 1.4.
Tabel 1.4 Tentang berbakti pada orang tua soal ,6,7
Alternatif
Jawaban
|
Frekuensi (F)
|
Presentase
(P)
|
Ya, selalu
rutin
|
16
|
80 %
|
Kadang-kadang
|
4
|
20 %
|
Tidak sama
sekali
|
0
|
0 %
|
Jumlah
|
20
|
100 %
|
Tabel 1.4 tersebut menunjukan bahwa hampir
sebagian besar santriwan dan santriwati setelah mengikuti kegiatan di TPA
menjadi suka membantu dan patuh kepada kedua orang tua mereka, yang mempunyai
jumlah frekuensi 16 responden (80%). Tetapi disisi lain ada sebagian kecil
perilaku santriwan dan santriwati yang ada kalanya rajin dan patuh kepada orang
tua, namun adakalanya mereka berubah menjadi pemalas dan suka melawan, hal
tersebut dapat dilihat dalam frekuensi yang berjumlah 4 reponden (20%).
Sedangkan dalam alternatif tidak sama sekali frekuensinya 0 (tidak ada).
Dari uraian tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa peran TPA dalam pembinaan bidang akhlaq sangat berpengaruh
bagi santriwan dan santriwati, terutama mereka yang berada di rumah hal
tersebut ditunjukkan oleh perilaku mereka yang suka membantu dan patuh pada
kedua orang tua mempunyai frekuensi yang tinggi (80%).
4.
Membina
anak-anak untuk berdo’a jika akan melakukan suatu pekerjaan dan selalu
mengucapkan salam.
Kegiatan yang ada di TPA salah
satunya adalah membina santriwan dan santriwati menghafalkan berbagai macam
do’a-do’a harian dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari sebelum santriwan
dan santriwati memulai kegiatannya, sebagai contoh: jika hendak makan, tidur,
mandi ,berangkat sekolah dan sebagainya terlebih dahulu harus berdo’a. setelah
itu santriwan dan santriwati juga dibimbing untuk mengucapkan salam terlebih
dahulu jika mereka bertemu kedua orang tua, masuk atau keluar rumah dan jika
bertemu dengan guru maupun teman-teman dijalan.
Tujuan dari pembinaan ini selain
membiasakan diri santriwan dan santriwati untuk berdo’a dan mengucapkan salam,
agar tidak bersikap sombong jika bertemu dengan orang tua, guru maupun
teman-teman mereka sewaktu bertemu.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang
perubahan sikap dari santriwan dan santriwati selama mereka dirumah dapat
dilihat pada tabel 1.5.
Tabel 1.5 Tentang berdo’a
sehari-hari dan mengucapkan salam soal 8,9.
Alternatif
Jawaban
|
Frekuensi (F)
|
Presentase
(P)
|
Ya, selalu
rutin
|
15
|
71,428 %
|
Kadang-kadang
|
6
|
28,572 %
|
Tidak sama
sekali
|
0
|
0 %
|
Jumlah
|
21
|
100 %
|
Tabel 1.5 tersebut menunjukan bahwa
hampir sebagian besar santriwan dan santriwati setelah mengikuti kegiatan di
TPA menjadi selalu mengawali kegiatan-kegiatan yang dilakukannya dengan
berdo’a, jika akan mengerjakan suatu pekerjaan serta selalu mengucapkan salam,
terlebih jika mereka akan pergi maupun pulang, yang mempunyai jumlah frekuensi
15 responden (71,428%). Tetapi disisi lain ada sebagian kecil perilaku
santriwan dan santriwati yang kadang-kadang melaksanakan kegiatan yang diawali
dengan do’a maupun mengucapkan salam, hal tersebut dapat dilihat dalam
frekuensi yang berjumlah 6 reponden (28,572 %). Sedangkan dalam alternatif
tidak sama sekali frekuensinya 0 (tidak ada).
5.
Membina
anak-anak membaca dan menulis huruf-huruf Al-Qur’an.
Peranan yang paling pokok bagi keberadaan TPA adalah membina
santriwan dan santriwati membaca dan menulis huruf Al-Qur’an. Pembinaan ini
bertujuan menciptakan generasi soleh dan solihah yang pandai membaca Al-Qur’an
serta menulis huruf-huruf Al-Qur’an dan menciptakan generasi yang mampu
menelaah dan menjunjung tinggi setiap ajaran-ajaran islam baik yang bersifat
perintah maupun larangan sesuai dalam kitab Al-Qur’an.
B.
Kiat-Kiat
TPA AL-Furqan dalam Mengemas Materi Pembinaan Nilai-Nilai Keagamaan
1.
Materi
Pembinaan
Membina
keagamaan bagi santriwan dan santriwati TPA Al-Furqan lebih difokuskan pada
tiga bidang pembinaan materi kagamaan, sebab bidang tersebut sangat penting
dalam membentuk kepribadian santriwan dan santriwati, disamping itu melalui
pembinaan diharapkan santriwan dan santriwati dapat menjadi seorang santri yang
shaleh dan shalekhah, selalu hidup dalam nilai-nilai agama yang telah didapat
di TPA maupun dilingkungan sekolahnya. Bentuk dari pembinaan tersebut adalah:
a.
Pembinaan
dalam bidang ibadah
Dalam pembinaan bidang ibadah, lebih ditekankanpada pembinaan
masalah shalat dan puasa, yang mana para ustadz dan ustadzah menanamkan arti
pentingnya shalatdan puasa kepada santri, agar santri dapat menjalankan serta
melatih dirinya untuk melaksanakan shalat setiap hari dan puasa dibulan
ramadhan, sehingga santri dapat memahami bahwa ibadah shalat maupun puasa
merupakan suatu kebutuhan dan kewajiban bukan suatu paksaan, dimana santriwan
dan santriwati akan merasa ikhlas dalam mengerjakannya.
Disamping itu upaya ustadz dan ustadzah dalam membina santriwan dan
santriwati, dalam masalah shalat dengan cara member contoh dihadapan para
santrinya, bagaimana shalat yang baik dan benar, setelah itu baru santri
diberikan waktu untuk praktek shalat secara berjamaah yang diimami salah satu
santri, dengan masih diawasi dan dibimbing para ustadz dan ustadzahnya. Selain
itu para ustadz dan ustadzahnya menanamkan pembiasaan untuk shalat berjamaah di
masjid, misalnya shalat maghrib.
Sedangkan tujuan dari pembinaan keagamaan dibidang ibadah ini
adalah untuk membiasakan santriwan dan santriwati untuk selalu shalat lima
waktu dan menjalankan puasa pada bulan ramadhan, dengan demikian santriwan dan
santriwati dapat diarahkan untuk selalu menjalankan perintah Allah, selain itu
shalat merupakan cara berkomunikasi dengan Allah (selalu berdo’a dan jika
mengharapkan sesuatu hanya kepada Allah) sehingga dapat terhindar dari
perbuatan keji dan mungkar.
b.
Pembinaan
dalam bidang akhlaq
Dalam
pembinaan bidang akhlaq, santriwan dan santriwati diarahkan kepada berbagai
macam kebaikan meliputi kebaika terhadap dirinya seperti yang menyangkut hal
kebersihan diri, kerapian,kesehatan dan sebagainya. Selain itu, para ustadz dan ustadzahnya juga
memberikan pembinaan akhlak santri terhadap kedua orang tuanya (keluarga) dan
dalam bermasyarakat(hidup bersosial).
Upaya
ustadz dan ustadzah dalam pembinaan akhlaq melalui cerita yang berkaitan dengan
tokoh-tokoh muslim seperti sahabat-sahabat rasulullah, dan para cendikia
muslim, dimana dalam cerita tersebut lebih ditekankan pada aspek akhlak
mahmudahnya sehingga siswa akan mudah menyerap isi dari cerita dan poin-poin
yang ditekankan. Dengan demikian diharapkan santriwan dan santriwati akan dapat
membedakan mana yang baik dan yang buruk.
Jadi
tujuan dari pembinaan akhlaq ini agar santriwan dan santriwati dapat
membiasakan diri berbuat baik kepada keluarga, orang lain dan memiliki sikap
sopan santun, taat beribadah, jujur, mandiri, pemaaf, ikhlas, penolong dan
sebagainya.
c.
Pembinaan
dalam bidang akidah
Pembinaan
bidang akidah diarahkan dengan cara pengenalan sifat-sifat Allah, pengenalan
kitab serta menceritakan perjuangan rasulullah, dimana para ustadz dan
ustadzahnya berusaha menjelaskan kepada santri secara satu persatu sifat-sifat
Allah, misalnya dalam bentuk
lagu.sehingga akan lebih mudah bagi santriwan dan santriwati untuk
mengingatnya.selain itu pengenalan kitab, usaha para ustadnya dengan cara
menjelaskan kepada santriwan dan santriwati tentang seluk beluk Al-Qur’an yaitu
sebagai hokum tertinggi (pegangan hokum islam) dan sekaligus sebagai
penyempurna kitab-kitab sebelum Al-Qur’an dan sebagai kitab terakhir. Sedangkan
usaha ustadz/ustadzah dalam pengenalan rasulullah, dengan menceritakan
bagaimana kehidupan rasulullah dalam menyiarkan agama islam.
Sedangkan
tujuan dari pembinaan akidah tersebut, supaya santriwan dan santriwati lebih
merasakan kebesaran Allah dengan cara mengenal sifat-sifat Allah, mencontoh
dari sifat-sifat rasulullah dan meyakini bahwa Al-qur’an kitab yang paling
sempurna.
2.
Bentuk
Materi Pembinaan
Pembinaan para
santriwan dan santriwati TPA Al-Furqan dalam kaitannya dengan masalah
nilai-nilai keagamaan berupa:
a.
Cerita
Yaitu mengenai kepemimpinan rasulullah,terutama menyangkut
sikap-sikap rasulullah kepada sesama manusia, bahkan kepada tawanan atau musuh
tetap berbuat baik. Hal tersebut diberikan dengan harapan agar santriwan dan
santriwati selalu mencontoh sikap
rasulullah yang selalu berbuat baik kepada semua umat manusia.
b.
Pengenalan
doa-doa harian
Pengenalan
doa-doa harian ini diberikan kepada santrinan dan santriwati TPA Al-Furqon,
supaya santriwan dan santriwati membiasakan diri apabila akan bekerja atau
melakukan sesuatu selalu diawali dengan doa,sehingga secara perlahan-lahan akan
menjadi kebiasaan yang baik bagi diri santriwan dan santriwati.
c.
Praktik
shalat
Praktek shalat ini diberikan kepada santriwan dan santriwati,supaya
santriwan dan santriwati dapat melakukan shalat secara baik dan benar,di
samping itu praktek tersebut bertujuan agar santriwan dan santriwati membiasakan
dirinya selalu berusaha shalat secara berjamaah.
d.
Hafalan surat-surat pendek
Hafalan
surat-surat pendek bertujuan agar santriwan dan santriwati selalu mengembangkan
kemampuannya,tidak hanya membaca saja, tetapi santriwan dan santriwati berusaha
menghafalkan ayat-ayat yang ada dalam Al
Quran.
e.
Baca
tulis Al-Qur’an
f.
Sepedaan
, Mabit, dan Tadabur alam
3.
Metode
Pembinaan
Dalam pembinaan
bagi santriwan dan santriwati TPA AL AMIN dalam bidang keagamaan,para ustadz
maupun ustadzah telah menerapkan berbagai metode, sebagai berikut:
a.
Metode
ceramah
Metode ini digunakan dalam menyampaikan materi atau isi yang
berkaitan dengan nilai-nilai keagamaan kepada santriwan dan santriwati dengan
cara menerangkan atau menjelaskan secara lisan, dengan diselingi dengan
permainan atau lagu sehingga santriwan dan santriwati tidak cepat bosan dan dan
dapat menerima materi dengan baik.
b.
Metode
cerita
Metode ini digunakan untuk menyampaikan satu tujuan atau yang
cenderung kepada penanaman bidang akidah kepada santriwan dan santriwati, yang
mana ustadz/ustadzah berusaha menceritakan bagaimana perjuangan Rasulullah pada
zaman dahulu, atupun dapat juga cerita lain yang bertujuan dalam penanaman
bidang akhlak, yang tujuannya dapat membawa santriwan dan santriwati selalu
berbuat baik, sopan, bakti kepada orang tua dan sebagainya.
c.
Metode
Tanya Jawab
Metode ini dapat dikatakan sebagai kelanjutan dari metode ceramah
dan metode kerja, hal tersebut bertujuan untuk memperdalam apa yang disampaikan
oleh ustadz maupaun ustadzah,untuk mengetahui daya tangkap serta daya serap
santriwan dan santriwati dalam menanggapi terhadap materi yang telah
disampaikan oleh ustadz dan ustadzah,sehingga ustadz dan ustadzah dapat
mengetahui akan masing-masing santrinya.
d.
Metode
peragaan dan percontohan
Metode ini sangat penting diterapkan oleh ustadz dan ustadzah,
sebab metode ini merupakan metode penunjang untuk mempercepat proses pemahaman
dan ingatan terhadap materi yang telah disampaikan oleh ustadz dan ustadzah
memberikan peragaan atau contoh secara langsung di hadapan santriwan dan
santriwati.
C.
Faktor-Faktor
yang Mendukung dan Menghambat dalam kegiatan Belajar Keagamaan di TPA Masjid
Shirothol Mustaqim
1.
Faktor
Pendukung
Faktor-faktor
yang mendasari dan sekaligus sebagai pendukung dalam pelaksanaan kegiatan
belajar keagamaan di TPA Masjid Shirothol Mustaqim, diantaranya adalah:
a.
Adanya
dorongan atau motivasi dari orang tua santriwan dan santriwati, untuk selalu
mengikuti kegiatan di TPA.
b.
Adanya
kelengkapan buku-buku yang berupa iqro’ bagi santriwan dan santriwati TPA dan
Al-qur’an bagi santriwan dan santriwati TPA lanjutan.
c.
Tersedianya
fasilitas yang ada dan cukup memadahi, sehingga proses kegiatan belajar
keagamaan di TPA Masjis Shirothol Mustaqim berjalan dengan baik.
d.
Kesungguhan
santriwan dan santriwati dalam belajar keagamaan di TPA Masjid Shirothol
Mustaqim sehingga mereka selalu aktif dalam mengikuti egiatan tersebut.
2.
Faktor-faktor
penghambat
Adapun
faktor-faktor yang menghambat proses kegiatan belajar keagamaan di TPA Masjid
Shirothol Mustaqim, diantaranya adalah :
a.
Kedisiplinan
ustadz dan ustadzah yang kurang, sehingga jam masuk pelajaran TPA menjadi
molor.
b.
Kurangnya
kesadaran bagi orang tua santriwan dan santriwati dalam masalah infaq.
c.
Tidak
semua orang tua santriwan dan santriwati mengerti tentang pentingnya belajar
keagamaan di TPA.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
uraian pada bab-bab sebelumnya yang peneliti peroleh dari hasil penelitian,
yang kemudian dikelompok-kelompokan untuk selanjutnya di analisa, maka peneliti
dapat mengambil kesimpulan atas peranan guru TPA dalam melaksanaan kegiatan
belajar keagamaan di TPA Masjid Shirothol Mustaqim, yaitu sebagai berikut:
1.
Peran
Guru TPA yaitu guru yang mampu menciptakan generasi qur’ani serta menjunjung
tinggi terhadap agama yang telah mereka anut.
2.
Peran
Guru TPA yaitu dapat melatih serta membimbing anak-anak untuk selalu disiplin
dalam semua bidang pekerjaan terutama dalam bidang sholat 5 waktu.
3.
Dengan
adanya peran Guru TPA , dapat menjadi tempat anak-anak memanfaatkan waktu
luangnya untuk belajar keagamaan.
4.
Dalam
upaya pembinaan keagamaan baagi santriwan dan santriwati, para ustadz dan
ustadzah telah memberikan metode-metode yang mudah ditangkap oleh santriwan dan
santriwati.
5.
TPA
merupakan tempat pemberian materi keagamaan yang sangat tepat untuk diberikan
kepada santriwan dan santriwati sehingga dapat menjadikan santriwan dan
santriwati dapat menjadi santri yang sholih dan sholikhah.
6.
Adanya
faktor-faktor yang sangat mendukung dalam proses belajar keagamaan di TPA
Masjid Shirothol Mustaqim. Sehingga pelaksananya dapat berjalan dengan baik.
B.
Saran-saran
Taman
Pendidikan Al-Qur’an merupakan salah satu bentuk sarana sebagai tempat belajar
kegiatan keagamaan bagi anak-anak, yang mana anak-anak secara bertahap mulai
diperkenalkan dan diberi bimbingan masalah nilai-nilai keagamaan. Hal ini
merupakan modal awal yang sangat besar khususnya bagi orang tua dan bangsa
Indonesia pada umumnya karenan melalui TPA anak-anak mulai dibina supaya dalam
diri anak-anak tumbuh kesadaran beragama serta penghayatan keagamaan bagi
anak-anak, selain itu keberadaab TPA dapat menciptakan anak-anak sebagai
seorang yang sholeh dan sholikhah, yang dapat menumbuhkan suatu generasi muda
yang dapat diandalkan yang memiliki ketahanan mental dan spiritual yang tinggi,
ditengah-tengah pengaruh budaya dan informasi yang bebas. Berkaitan dengan
peran guru TPA tersebut, maka keberadaan TPA ditengah-tengah masyarakat perlu
dioptimalkan dari segi sarana serta fasilitas maupun dari segi pembinaannya
dalam rangka mewujudkan suatu generasi yang sholih dan sholikhah.
C.
Penutup
Dengan memanjatkan segala puji syukur kepada Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat, taufiq serta hidayah kepada peneliti, sehingga peneliti
dapat menyelasaikan tugas mata kuliah pengembangan penelitian ini dengan baik
tanpa suatu halangan dan rintangan.
Peneliti menyadari akan segala keterbatasan yang ada pada diri
peneliti, dimana masih banyak kekurangan-kekuranganya. Untuk itu kepada dosen
pengampu mata kuliah pengembangan penelitian, peneliti mengharap kritik dan
saran.
Akhir
kata, hanya kepada Allah semata peneliti memohon petunjuk serta perlindungan,
dan peneliti berdo’a semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti
khususnya dan bagi para pembaca umumnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberadaan peran guru TPA mempunyai peranan yang penting,
untuk membentuk kepribadian anak menjadi anak yang sholih dan sholikhah yang
selalu berjalan dalam norma-norma agama yang telah ditetapkan oleh Allah SWT,
yang mana keberadaan peran guru TPA dapat merubah sikap dan pola hidup mereka
jadi terarah dan ini juga sangat membantu tugas serta kewajiban orang tua dalam
mendidik putra/putri dalam bidang keagamaan.
Demikian data-data yang telah mereka sajikan dalam bentuk gambaran
dari semua bentuk kegiatan yang ada di TPA Masjid Shirothol Mustaqim serta
tabel-tabel yang berisi pendapat para santriwan dan santriwati yang berkaitan
dengan perkembangan mereka setelah masuk TPA Masjid Shirothol Mustaqim.
DAFTAR PUSTAKA.
Moleong L.J., 1998, Metodologi penelitian kualitatif, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Sudijono S, 1987, Pengantar Statistik Pendidikan, Rajawali Pers,
Jakarta.
Surin B., 1978, Terjemah dan Tafsir Al-Qur’an, Firma Sumatra,
Bandung.